REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Defisiensi testosteron dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan fisik maupun psikologis pada pria. Salah satunya, defisiensi testosteron dapat membuat tinggi badan pria menjadi lebih pendek.
"Kok bisa jadi pendek?" ujar Spesialis andrologi dari RS Fatmawati Dr Nugroho Setiawan SpAnd dalam diskusi kesehatan Seputar Masalah Intim Lelaki (SMILe) bersama Bayer di D.LAB by SMDV.
Nugroho melanjutkan, kadar testosteron yang rendah dapat menyebabkan tubuh sulit menyerap kalsium yang terdapat dalam makanan. Hal ini membuat penyerapan kalsium untuk tubuh menjadi lebih sedikit dari yang seharusnya.
Kondisi ini membuat pria dengan defisiensi testosteron lebih rentan terhadap osteopenia. Osteopenia merupakan kondisi di mana kepadatan mineral tulang menjadi lebih rendah.
Jika dibiarkan, kondisi osteopenia dapat berkembang menjadi osteoporosis. Osteoporosis dapat menyebabkan tulang punggung jadi memendek. Hal ini yang kemudian dapat membuat pria dengan defisiensi testosteron mengalami pemendekan tinggi badan.
"Misalnya dari 173 cm menjadi 170 cm saat tua," kata Nugroho.
Defisiensi testosteron umumnya terjadi pada pria berusia di atas 40 tahun akibat proses penuaan. Akan tetapi, gaya hidup yang buruk dan tidak sehat dapat membuat pria yang berusia lebih muda juga mengalami defisiensi testosteron.
Defisiensi testosteron dapat diatasi dengan terapi sulih hormon testosteron baik melalui injeksi atau oral. Akan tetapi persentase keberhasilan dari terapi sulih hormon testosteron dengan injeksi lebih tinggi jika dibandingkan oral.