Selasa 11 Apr 2017 11:01 WIB

Orangtua Dilarang Mendiagnosa Sendiri Alergi di Anak

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Alergi
Foto: The Blue Diamond Gallery
Alergi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam dua dekade terakhir, IDAI mencatat peningkatan angka kejadian penyakit alergi pada anak, termasuk di Indonesia. Studi di beberapa negara di seluruh dunia menunjukkan prevalensi alergi protein susu sapi pada anak-anak di tahun pertama kehidupan mencapai sekitar 2 persen sampai 7,5 persen.

Konsultan Alergi dan Imunologi Anak, Prof Budi Setiabudiawan SpA(k), M. Kes, menjelaskan cara yang paling tepat untuk menanggulangi alergi adalah dengan mengontrol dan mencegah reaksi alergi. Orangtua harus tanggap terhadap alergi dengan melakukan 3K yaitu kenali risiko dan gejalanya, konsultasikan ke dokter agat si kecil memeroleh penanganan yang tepat, dan kendalikan penyebab alergi dengan nutrisi yang tepat agar si kecil bisa tetap tumbuh dengan optimal.

“Kenali anak risiko enggak, kenali gejala. Ada di saluran nafas, saluran cerna atau kulit. Ibu tidak boleh mendiagnosa. Diagnosa dokter. Jadi konsultasi pada dokter. Dan jika sudah jelas alergi, maka kendalikan. Pemicu alergi dikendalikan dengan menghindarinya. Ganti nutrisinya dengan makanan lain agar tumbuh kembang anak optimal,” jelasnya.

Senada, Psikolog Anak dan Keluarga Anna Surti Ariani mengatakan untuk memaksimalkan perkembangan mental si kecil yang memiliki alergi, bunda juga bisa menerapkan 3K. Kenali sifat anak, apakah anak ceria, sulit didekati pada saat tertentu atau bagaimana. “Orangtua perlu sekali mengenali sifat anak supaya bisa mengerti pendekatan apa yang pas untuk tangan alergi anak,” jelasnya.