REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter menekankan kepada masyarakat untuk mewaspadai kondisi prediabetes dengan tidak mengabaikannya. Karena prediabetes merupakan pencetus terjadinya diabetes mellitus tipe 2. Lalu sebenarnya apa sih beda prediabetes dengan diabetes mellitus tipe 2?
Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) wilayah Jakarta, Prof. Dr. dr. Mardi Santoso, DTM&H, Sp.PD-KEMD, FINASIM, FACE, menjelaskan, prediabetes itu tidak ada gejala, gula darah puasanya 110 hingga 126 mg/dl dan gula darah usai makan dua jam sebesar 140 sampai 199 mg/dl (makan dua jam).
“Lihat salah satunya saja, kalau sudah ada, berarti udah prediabet,” jelasnya usai menjadi pembicara dalam Program Edukasi ”Pentingnya Deteksi Dini dan Pencegahan Prediabetes, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan diabetes baru ada gejala khas dan komplikasi. Gula darah puasanya di atas 126 mg/dl, gula darah makan setelah dua jam sebesar diatas 200 mg/dl. Karena itu, sebelum diabetes menyerang, sebaiknya Anda mencegahnya dengan mengatur makanan, olahraga, dan kurangi lemak. “Prediabet kelola diobati dengan diet dan obat, dia bisa tidak jadi diabetes. Dalam 3 sampai 5 tahun tidak ada intervensi, 25 persen jadi diabetes,” tambahnya.
Selain itu, pencegahan bisa dilakukan dengan perubahan gaya hidup. Makanan disesuaikan dengan kebutuhan. Jika badan gemuk maka membutuhkan 1.900 kalori. Jika kurus, sebaiknya naikan jadi berat badan ideal dengan kebutuhan kalori misal 2.100 kalori.
Juga sebaiknya melakukan pantangan makanan yaitu dengan menghindari gula merah, gula pasir, gula batu. Karbohidrat dan lemak protein bisa semua asal dihitung, yaitu 60 persen nasi, 25 protein, sisanya 15 persen lemak (kalorinya tinggi). “Mulai gaya hidup saja buat prediabet, asal patuh bisa kok tanpa obat,” ujarnya.