Jumat 12 May 2017 17:08 WIB

+dalethyne Efektif Lawan Infeksi Nosokomial

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Winda Destiana Putri
Sejumlah anak membersihkan tangannya.  (ilustrasi)
Foto: Antara/Dewi Fajrian
Sejumlah anak membersihkan tangannya. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Peneliti Indonesia, Kayapan Satya Dharshan berhasil menciptakan sebuah mesin khusus yang menghasilkan zat aktif +dalethyne. Zat ini bisa mengatasi infeksi nosokomial dan permasalahan besar lainnya di dunia kesehatan global.

"+dalethyne memiliki empat fungsi, yaitu sebagai antiseptik, mencegah resistensi antimikrobial, menghilangkan bau tak sedap pada luka serta menjaga permukaan luka tetap lembab, dan mempercepat poliferasi kulit," kata Dharshan dalam siaran pers 'Pertemuan Ilmuan Tahunan Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Indonesia' ke XXI di Yogyakarta, Jumat (12/5).

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan 1,4 juta penduduk dunia terinfeksi nosokomial. Sebanyak 10 persen pasien berasal dari Asia Tenggara. Kondisi ini semakin pelik dengan maraknya resistensi antimikrobial yang mengakibatkan 700 ribu kematian per tahun secara global.

Sebuah studi menyimpulkan bahwa resistensi antimikrobial mengakibatkan 10 juta kematian per tahun pada 2050 dan menghabiskan dana pencegahan sebanyak 100 triliun dolar AS per tahun jika tak segera ditangani. Penelitian di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada 2011, keberadaan bakteri yang kebal terhadap antibiotik atau superbug telah ditemukan di ruang Intensive Care Unit (ICU).

Studi dalam jurnal medis Antimicrobial Agents and Chemotherapy pada tahun sama menyatakan superbug juga ditemukan dalam 64 persen kasus infeksi Klebseilla Pneumonia Carbapenemase (KPC). Ini adalah bakteri yang dapat mengakibatkan infeksi terkait layanan kesehatan termasuk infeksi aliran darah (blood stream infection) dan infeksi luka operasi.

Produk lokal yang sudah menggunakan +dalethyne adalah Dermazone MedCare. Zat ini bisa membunuh kuma penyebab infeksi nosokomial, seperti Methicillin Resisten Staphylococcus Aureus (MRSA), Extended Spectrum Beta Lactam (ESBL), KPC, dan Pseudomonas aeruginosa. Terobosan yang dipelopori anak bangsa Indonesia ini sejalan dengan fokus WHO dan negara-negara Asia Pasifik untuk melakukan pendekatan inovatif guna mendorong pengembangan metode terapi baru, vaksin serta teknologi lain terkait layanan kesehatan.

Ahli kesehatan, Dr Donna Savitry memaparkan kunci kesuksesan manajemen luka dan infeksi luka operasi adalah luka harus dalam keadaan aseptik atau bebas kuma, virus, jamur, bakteri, dan mikroorganisme lainnya. Luka juga harus dalam kondisi lembab (moist), artinya tidak basah atau pun kering.

"Salep yang mengandung +dalethyne secara lokal bisa segera menghilangkan bau dan diikuti dengan berkurangnya nanah yang menandakan berkurangnya infeksi kuman pada infeksi luka operasi pasien karsinoma sel skuamosa pada penis stadium 4," katanya.

Ini membuktikan tanpa mengonsumsi antibiotik pun, kata Donna infeksi kuma dapat dapat disembuhkan dengan penggunaan salep yang mengandung +dalethyne. Koordinator Program Studi Imunologi, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Airlangga, Agung Dwi Wahyu Widodo mengtatakan pihaknya telah melakukan penelitian mengenai efektifitas zat aktif +dalethyne dalam menanggulangi infeksi nosokomial dan manajemen luka, yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme lainnya.

Hasil temuan menunjukkan zat aktif +dalethyne pada konsentrasi 50 persen dapat membunuh kuma. "Pada studi lebih lanjut penggunaan zat aktif +dalethyne dapat membunuh kuman secara total.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement