REPUBLIKA.CO.ID, -- Bukan rahasia bila lelaki dan perempuan menghadapi segala hal dengan cara berbeda. Menyadari perbedaan ini tidak berarti seksis atau bias gender, malah dapat membantu masing-masing kelompok menjalani kehidupan yang lebih sehat dan bahagia.
Reaksi berlainan itu tampak pula pada perbedaan lelaki dan perempuan dalam risiko depresi. Menurut penelitian, remaja perempuan berusia 15 tahun dua kali lebih mungkin mengalami depresi dibandingkan remaja laki-laki berusia sama, berkaitan dengan masalah citra tubuh hingga fluktuasi hormon.
Pakar neurosains Universitas Cambridge Dr Jie-Yu Chuang, mengungkap bahwa perbedaan jenis kelamin tidak hanya memengaruhi risiko depresi, tetapi juga manifestasi dan konsekuensinya. Karena itu, ia meminta profesional kesehatan mental mempertimbangkan perbedaan tersebut dalam cara memperlakukan pasien.
Penulis studi yang telah dipublikasikan dalam jurnal "Frontiers in Psychiatry" itu menjelaskan perbedaan mencoloknya. Kaum hawa, disebutnya lebih berpotensi terserang depresi di usia lebih muda dan berfluktuasi antara episode masa-masa sulit dan masa-masa bahagia yang datang silih berganti.
Sementara, dibandingkan pasien perempuan, para pria lebih mungkin mengidap depresi secara terus-menerus tanpa jeda. Bahaya depresi terhadap pasien pria juga serius dan tidak tanggung-tanggung, termasuk terjerumus dalam penyalahgunaan zat terlarang dan aksi bunuh diri.
Analisis perbedaan gender tersebut dikuatkan melalui studi terhadap 140 peserta penelitian dari kalangan remaja laki-laki dan perempuan berusia antara 11 sampai 18 tahun. Tim menjumpai bahwa depresi memiliki efek yang berbeda pada pasien lelaki dan perempuan pada aktivitas otak di daerah tertentu.
"Depresi dapat memengaruhi otak secara berbeda. Strategi pengobatan dan pencegahan khusus untuk depresi harus dipertimbangkan sejak dini dan intervensi awal diharapkan bisa mengubah lintasan penyakit ini sebelum keadaan bertambah buruk," ujar Chuang, dilansir dari laman Stylist.