REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan bahwa 93 persen masyarakat berusia 10 tahun ke atas kurang mengonsumsi sayur dan buah. Meski terkesan sepele bagi sebagian orang, kekurangan asupan sayur dan buah dapat memicu beragam masalah kesehatan.
Dokter spesialis gizi klinik dari RSCM, Fiastuti Witjaksono, mengatakan sayur dan buah mengandung banyak hal yang dibutuhkan tubuh. Beberapa di antaranya ialah vitamin, mineral, anti oksidan, serat, zat-zat gizi dari tumbuhan hingga cairan.
Salah satu fungsi serat dari sayuran adalah menjaga kadar gula darah dalam tubuh. Dengan asupan serat yang cukup, kadar gula tidak akan mengalami peningkatan maupun penurunan drastis.
"Serat larut akan membantu penyerapan gula lebih lambat," terang Fiastuti dalam peringatan Hari Buah Sedunia bersama Kementerian Kesehatan RI di RPTRA Teratai, beberapa waktu lalu.
Fiastuti juga mencontohkan bahwa buah memiliki banyak peran dalam membantu proses pencernaan. Kandungan prebiotik dalam buah juga dapat membantu menjaga sel-sel usus agar dapat bekerja dengan baik.
Oleh karena itu, kekurangan asupan sayur dan buah dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan yang beragam. Salah satu di antaranya ialah masalah konstipasi atau sembelit.
Berdasarkan data dari WHO dan FAO pada 2003 lalu, Fiastuti mengatakan kekurangan sayur dan buah juga berkaitan dengan risiko kematian akibat beberapa penyakit tidak menular (PTM). Kematian akibat kanker saluran cerna karena kurang asupan sayur dan buah tercatat sebesar 14 persen, sedangkan akibat penyakit jantung koroner sebesar 11 persen dan akibat stroke sebesar 9 persen.
Oleh karena itu, Fiastuti mendorong agar semua masyarakat mulai meningkatkan asupan sayur dan buah. Rekomendasi asupan sayur menurut Tumpeng Gizi Seimbang dari Kementerian Kesehatan adalah 3-5 porsi per hari. Sedangkan rekomendasi asupan buah adalah 2-3 porsi per hari.
"Tapi pilih buah harus hati-hati. Jangan yang terlalu manis seperti sawo, nangka atau klengkeng. Jambu biji saya kira bagus sekali," ungkap Fiastuti.