Rabu 09 Aug 2017 08:12 WIB

Masyarakat Indonesia Kurang Serat, Ini Kerugiannya

Rep: Adysha Citra R/ Red: Indira Rezkisari
Makanan yang dikonsumsi harus bervariasi jenisnya agar tercukupi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, serat dan cairan yang dibutuhkan oleh tubuh.
Foto: pixabay
Makanan yang dikonsumsi harus bervariasi jenisnya agar tercukupi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, serat dan cairan yang dibutuhkan oleh tubuh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serat merupakan salah satu bahan makanan yang penting dalam menunjang proses pencernaan dan metabolisme tubuh. Kekurangan serat dapat menyebabkan proses pencernaan dan metabolisme terganggu.

Data dari Puslitbang Depkes pada 2001 lalu mengungkapkan bahwa konsumsi serat masyarakat Indonesia masih terhitung rendah. Jumlah rata-rata serat yang dikonsumsi masyarakat Indonesia per hari hanya 12-15 gram, atau sekitar setengah dari kebutuhan serat harian.

"Secara umum kebutuhan serat manusia 25-30 gram per hari," jelas spesialis penyakit dalam dari Siloam Hospitals dr Hardianto Setiawan Ong SpPD KGEH FINASIM saat ditemui dalam peluncuran FiberCreme di Jakarta, Selasa (8/8).

Kekurangan serat tentu akan membuat tubuh kehilangan banyak manfaat positif serat. Pada pencernaan misalnya, serat memainkan peran pada saluran cerna atas sebagai pengontrol rasa kenyang dan selera makan. Hal ini penting dan dibutuhkan tubuh untuk mengontrol berat badan, gula darah serta lemak darah.

Di samping itu, serat juga memainkan peran besar pada saluran cerna bawah seperti usus halus dan usus besar. Pada usus halus, serat dapat membuat proses penyerapan gula menjadi lebih lama sehingga kadar gula darah tidak berlebih. Di samping itu, serat juga dapat mengontrol kadar kolesterol dan trigliserida. Oleh karena itu, konsumsi serat yang cukup dapat menurunkan risiko diabetes mellitus maupun penyakit jantung.

Pada usus besar, serat juga dapat membantu proses buang air besar menjadi lebih lancar. Serat juga membuat massa feses menjadi lebih besar sehingga pergerakan usus menjadi lebih baik.

Serat juga membantu meningkatkan fermentasi pada usus besar, meningkatkan jumlah Asam Lemak Rantai Pendek (SCFA). Penyerapan racun dan penyerapan asam empedu pun dapat meningkat sehinga risiko peradangan saluran cerna maupun kolesterol dapat menurun dan terkendali.

Tak hanya itu, asupan serat yang cukup juga dapat melindungi kesehatan usus dari kondisi yang berpotensi membahaya. Beberapa contoh di antaranya adalah polip maupun tumor.

Untuk itu, Hardianto menyarankan agar masyarakat lebih berupaya dalam memenuhi kebutuhan serat harian. Pemilihan makanan merupakan salah satu faktor terpenting dalam upaya memenuhi kebutuhan serat tubuh karena tidak semua makanan mengandungs erat yang cukup.

"Makanan yang betul-betul mengandung serat, contoh dari sereal, sayur, buah atau bahan makanan lain yang asalnya dari karbohidrat bergugus panjang seperti oligosakarida dan polisakarida," kata Hardianto.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement