REPUBLIKA.CO.ID, Kemajuan peradaban ternyata tidak hanya memengaruhi kualitas hidup manusia. Pola makan dan gaya hidup yang juga ikut berubah ternyata memengaruhi kondisi bakteri di dalam usus manusia.
Seperti diketahui, terdapat ribuan spesies mikroba di dalam usus manusia. Mikroba-mikroba ini bertugas untuk membantu proses pencernaan serat, membuat vitamin hingga meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia.
Sayangnya, tim peneliti dari Stanford University School of Medicine menemukan bahwa variasi mikroba atau bakteri dalam saluran pencernaan semakin menurun seiring dengan kemajuan peradaban. Pola makan yang berubah dalam 10 ribu tahun terakhir ini dinilai sebagai penyebabnya.
"Hanya dalam 100 tahun terakhir, masyarakat menjadi lebih sedentari dan cenderung tidak mengonsumsi makanan kaya serat seperti gandum utuh, buah dan sayur," jelas tim peneliti seperti dilansir MedlinePlus.
Untuk membuktikan hal tersebut, tim peneliti melakukan studi terhadap Suku Hadza di Tanzania. Hadza merupakan suku primitif yang masih mempertahankan pola makan yang menyerupai kebiasaan orang-orang di zaman dahulu. Pola makan mereka lebih banyak didominasi oleh daging, berry, buah baobab, beragam umbi serta madu.
"Mikroba kita dapat berubah secara signifikan dari hari ke hari, bahkan jam ke jam, sebagai respon terhadap apa yang kita makan," tambah peneliti senior Justin Sonnenburg.
Selama studi, tim peneliti mengumpulkan sampel kotoran dari para anggota Suku Hadza. Melalui sampel-sampel tersebut, tim peneliti menganalisa lebih jauh mengenai ragam mikroba yang terdapat dalam usus para anggota Suku Hadza.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pola makan primitif yang masih diadopsi Suku Hadza ternyata membawa keuntungan tersendiri bagi mereka. Alasannya, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa bahwa variasi bakteri dalam usus anggota Suku Hadza lebih bervariasi dibandingkan variasi bakteri usus yang dimiliki masyarakat perkotaan moderen.
Tim peneliti mengatakan pola makan 'warisan' zaman dulu ini memungkinkan Suku Hadza mendapatkan asupan serat hingga 100 gram atau lebih dalam satu hari. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata asupan serat masyarakat perkotaan yang hanya 15 gram per hari.
"Perubahan signifikan yang terjadi pada pola makan manusia selama 10 ribu tahun terakhir dapat menjelaskan berkurangnya keragaman bakteri yang tinggal dalam saluran pencernaan masyarakat moderen," terang tim peneliti.