REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ada banyak faktor yang dapat melatarbelakangi munculnya keinginan bunuh diri. Salah satunya adalah faktor biologis yang melibatkan neurotransmitter seperti dopamine dan adrenalin.
Faktor lain yang dapat melatarbelakangi munculnya keinginan bunuh diri adalah depresi. Biasanya, keinginan bunuh diri mulai muncul jika kondisi depresi yang dialami penderita sudah cukup parah.
"Depresi ini silent killer, sering kali tidak kelihatan (tanda fisiknya)," jelas psikolog klinis dan forensik Kasandra Putranto saat ditemui usai pembukaan Wealth Wisdom: 3 Seasons of Wealth di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Depresi pada dasarnya bisa dikenali dari perubahan perilaku si penderita. Sebagai contoh, penderita depresi biasanya menunjukkan perilaku tidak mau makan.
Tak jarang, penderita depresi juga terlihat tidak bersemangat dan enggan untuk bertemu dengan orang lain. Depresi yang semakin parah biasanya akan membuat si penderita kehilangan seluruh semangat untuk hidup.
"Kita jangan sampai menghakimi orang orang seperti ini," lanjut Kasandra.
Sayangnya, depresi tak menunjukkan gejala fisik halnya penyakit flu. Penderita depresi juga cenderung lebih banyak diam.
Karena itu, diperlukan peran aktif orang-orang terdekat untuk mengenali tanda-tanda depresi pada si penderita. Jika menemukan tanda-tanda depresi, Kasandra menyarankan, maka keluarga atau orang terdekat sebaiknya segera membawa penderita ke psikolog.
"Jangan sampai menyesal belakangan," ujar Kasandra.
Di samping itu, Kasandra juga mendorong agar masyarakat lebih peduli dengan kesehatan jiwa melalui psychological check up. Pemeriksaan mental ini dinilai dapat menjadi upaya pencegahan kasus bunuh diri akibat depresi.
"Jangan cuma medical check up. Mentalnya juga perlu," kata Kasandra.