REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesehatan gigi dan mulut nampaknya masih belum menjadi prioritas bagi sebagian masyarakat Indonesia. Hal ini tercermin dalam indeks DMF-T di Indonesia yang sudah masuk ke dalam kategori tinggi menurut WHO yaitu 4,6.
"Artinya di antara 100 orang Indonesia, ada 460 gigi yang berlubang. Ini masih sangat memprihatinkan," ujar Division Head for Health & Wellbeing and Professional Institutions Yayasan Unilever Indonesia drg Ratu Mirah Afifah GCVlinDent MDSc dalam media briefing Bulan Kesehatan Gigi Nasional 2017 di Jakarta.
Mirah mengatakan masalah gigi berlubang atau karies di Indonesia paljng banyak ditemukan pada kelompok usia produktif. Hal ini tentu dapat merugikan karena kondisi gigi berlubang dapat menghambat produktivitas mereka.
Gigi berlubang, lanjut Mirah, pada dasarnya merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri dalam mulut. Ada empat faktor yang dapat melatarbelakangi terjadinya karies gigi ini. Keempat faktor tersebt adalah kondisi rongga mulut (host), bakteri (mikroorganisme), makanan (substrat) serta waktu.
Salah satu faktor yang berkaitan dengan kondisi rongga mulut adalah gigi yang berjejal atau saling menumpuk. Kondisi gigi berjejal dapat membuat proses pembersihan gigi menjadi lebih sulit sehingga risiko karies dapat meningkat. Produksi saliva yang rendah juga dapat menurunkan efek perlindungan terhadap gigi.
Faktor lainnya, yaitu bakteri, merupakan pelaku utama kerusakan gigi. Bakteri dapat merusak gigi dengan asam yang dihasilkan dari proses ia mencerna makanan sisa yang menempel di gigi.
Sedangkan jenis makanan yang dapat meningkatkan risiko gigi berlubang adalah makanan yang bersifat kariogenik. Makanan kariogenik ini biasanya hadir dalam bentuk makanan yang manis dan lengket.
Ketika dikonsumsi, makanan manis dan lengket dapat menurunkan derajat keasaman dalam mulut dengan sangat cepat, yaitu dalam hitungan menit. Kondisi derajat keasaman yang menurun ini dapat bertahan cukup lama sekitar satu jam.
"Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan gigi karena dapat melarutkan mineral gigi, apalagi kalau frekuensinya sering," tambah Mirah.
Proses terjadinya karies gigi juga sangat berkaitan dengan waktu. Semakin lama kebersihan gigi tak terjaga, semakin besar pula risiko karies terjadi.
Untuk itu, Mirah mendorong masyarakat untuk lebih meningkatkan kesadaran dalam menjaga kesehatan gigi. Salah satunya dengan menggosok gigi secara rutin dua kali sehari di waktu yang tepat, yaitu setelah sarapan dan sebelum tidur malam. Mirah juga menyarankan agar masyarakat menggunakan pasta gigi berfluoride karena sudah terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan proteksi terhadap gigi.
"Periksa ke dokter gigi enam bulan sekali," kata Mirah