Ahad 17 Sep 2017 08:01 WIB

PICU Bukan Jaminan Selamatkan Nyawa Pasien

Rep: Novita Intan/ Red: Indira Rezkisari
Situasi rumah pasangan Rudiyanto Simanjorang dan Henny Silalahi, orang tua balita Tiara Debora Simanjorang di Jalan Jaung, Benda, Kota Tangerang, Ahad (10/9).
Foto: REPUBLIKA/Febrianto Adi Saputro
Situasi rumah pasangan Rudiyanto Simanjorang dan Henny Silalahi, orang tua balita Tiara Debora Simanjorang di Jalan Jaung, Benda, Kota Tangerang, Ahad (10/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) bukanlah jaminan untuk menyelamatkan nyawa pasien. Termasuk kasus kematian bayi Debora yang ramai diperbincangkan gara-gara kondisinya kritis dan harus dimasukkan di ruangan tersebut.

Spesialis Anak dr Paulus Linardi SpA mengatakan, sebelum masuk ke ruang PICU, setidaknya pasien bisa ditolong di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Dokter akan menstabilkan kondisi pasien yang kritis dan menunggu tindakan lebih lanjut.

"Prosedur tindakan pertama ini ke IGD lebih dulu. Tindakan yang dilakukan yaitu untuk menstabilkan kondisi. Lalu kalau ada perwatan lebih lanjut, apa pasien harus menjalani perawatan intensif atau tidak itu tergantung kondisi pasien," ujarnya di Jakarta.

Kalau memang pasien dikategorikan harus mendapatkan intensif berarti memang harus masuk PICU. Namun, ruang PICU tidak memberikan jaminan pasien bisa stabil total dalam waktu seketika.

Sayangnya, banyak masyarakat salah kaprah dan mengira ruang PICU satu-satunya ruangan yang menyelamatkan pasien. Bisa saja di dalam ruangan tersebut pasien mengalami perburukan dan penurunan kondisi kesehatan.

"Pasien kalau masuk PICU bisa mengalami perburukan. Seperti jantungnya semakin lemah atau kondisi organ tubuh lain juga lemah, hingga tidak berfungsi. Jadi, tidak ada garansi PICU menyelamatkan pasien," tambahnya.

Di ruang PICU, dokter tetap akan menilai kondisi pasien yang butuh perawatan intensif. Tugas tim medis benar-benar memantau pasien karena kondisinya belum stabil.

Sementara itu, Spesialis Anak dr Reni Wigati SpA(K) menambahkan, ketika dalam kondisi gawat darurat, pasien seharusnya dapat diselamatkan dengan diberikan pertolongan di IGD. Biasanya dokter memasang alat bantu napas supaya pasien kuat.

"Kalau di IGD pasien bisa selamat ya tidak usah masuk PICU. Karena nyawanya masih bisa ditolong di sini. Kalau pasien meninggal dunia berarti Tuhan menentukan," bebernya.

Dia juga mengingatkan, kepada orang tua dengan anak yang memiliki penyakit jantung bawaan harus tanggap dengan deteksi dini. Semakin kecil usia anak, jantungnya gampang drop dan kondisinya jadi tidak stabil.

"Orang tua harus deteksi dini, kalau anaknya sesak napas, rewel yang tak biasa, menyusu tidak kuat harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan. Jadi, jangan tunggu kondisinya sangat darurat karena menyulitkan," tutupnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement