REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi membuktikan bahwa kurang tidur bisa memicu depresi. Studi tersebut juga menyinggung kenapa penderita insomnia cenderung berpotensi lebih besar mengalami depresi.
Dikutip dari laman The Indian Express, meski kurang tidur bisa memicu depresi bukan berarti setiap orang yang insomnia akan depresi. Penelitian yang sama mengungkap, orang insomnia yang membiasakan otaknya berpikir akan terhindar dari risiko depresi dan gangguan mental lainnya.
"Aktivitas otak yang tinggi mengurangi risiko depresi pada penderita insomnia," kata Ahmad Hariri, profesor di Duke University di North Carolina AS. Temuan ini membantu ilmuwan untuk mengidentifikasi bagaimana cara tidur yang efektif.
Hasil penelitian yang sudah dipublikasikan di The Journal of Neuroscience ini melibatkan 1.129 mahasiswa. Peneliti mengobservasi bagian otak responden yang disebut ventral striatum.
Ventral striatum membantu mengelola tingkah laku dalam merespons faktor-faktor eksternal. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa kelompok insomnia yang aktivitas otaknya tinggi memberi respons lebih cepat pada rangsangan-rangsangan positif daripada mereka yang aktivitas otaknya lebih rendah.