REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak cara untuk menjaga dan menurunkan berat badan. Diet bisa menjadi salah satu alternatif.
Saat ini banyak sekali metode diet yang bisa dipilih mulai dari diet vegan, diet mayo, diet konvesional hingga diet ketogenik. Diet ketogenik atau diet keto belakangan ini sangat populer.
Pola makan yang memperbanyak konsumsi lemak dan mengurangi karbohidrat ini dianggap efektif untuk menurunkan berat badan. Dalam menjalani diet keto, tubuh akan mengandalkan lemak sebagai sumber energinya karena tubuh kekurangan gula.
Dokter Grace Judio Kahl, MSc, MH, CHt mengatakan dalam menerapkan diet ketogenik tidak bisa terlalu lama karena dilakukan dengan cara ekstrim yaitu memotong karbohidrat. Idealnya diet hanya dijalankan dalam waktu 2-4 minggu saja.
"Harus setop kalau dirasa tidak nyaman misalnya adanya sembelit jangka panjang hingga berdarah dan kena wasir," ujarnya di Jakarta, Selasa (3/10). Dalam jangka panjang, diet ini bisa memicu masalah di kemudian hari bila terlalu lama diterapkan. Masalah yang bisa timbul antara lain sulit buang air besar, terkena batu ginjal, kadar kolesterol menjadi tinggi, osteoporosis, serta gangguan elektrolit seperti irama jantung yang tak beraturan dan kram otot.
"Tanda lain yang harus diwaspadai ada kolestrol jahat, asam urat, pusing dan mual berkepanjangan," ungkap dr Grace.
Kemudian, gangguan lainnya terjadi pada saluran pernapasan. Di mana, napas berbau aseton, atau pembersih cat kuku, merupakan tanda bahwa sistem metabolisme sudah tidak sehat. Pada kondisi ini, maka diet atau pola makan harus segera dikembalikan seperti semula.
Terjadi juga gangguan pada siklus menstruasi dan infeksi akibat terbentuknya batu di saluran kemih. Keduanya adalah tanda-tanda bahwa diet yang dilakukan sudah berlebihan alias ekstrem.
Selain itu, ada juga inovasi menurunkan berat badan. Selaku pendiri klinik penurunan berat badan Lighthouse Indonesia, dr Grace memiliki metode pengaturan pola makan maupun terapi penunjangnya.
Saat ini Lighthouse Indonesia memiliki inovasi baru seperti tes DNA untuk mendeteksi masalah berat badan seseorang. Setiap manusia memiliki gen unik yang turut memengaruhi cara tubuh seseorang yang membuatnya cepat gemuk atau sulit langsing.
"Lewat uji DNA ini, bisa diketahui apakah seseorang lebih cocok melakukan diet rendah karbohidrat, rendah lemak atau gizi berimbang. Selain itu, akan terlacak juga respons tubuh terhadap makanan, pola penyerapan dan penyimpanan lemak, serta tendensi kenaikan berat badan," ungkap dr Grace.
Kemudian, ada juga perawatan terbaru Lightwave dan Metafreeze, yang dapat membantu program pembentukan tubuh pasien. "Ada dua alat yang digunakan yang berfungsi untuk menghilangkan lemak bagian bawah kulit dan masalah kulit lain yang diakibatkan oleh lemak, seperti selulit, stretch mark hingga pengencangan kembali kulit menggelambir yang biasanya disebabkan karena berkurangnya lemak di area tersebut," jelasnya.