REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI M Subuh mengatakan, wilayah Jabodetabek termasuk salah satu wilayah endemis malaria. Terutama ketika musim hujan, sehingga banyak tempat yang disukai nyamuk untuk berkembang biak.
"Ada juga 236 kabupaten/kota yang juga termasuk endemis di tahun 2017," kata Subuh, di Kantor Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, belum lama ini.
Oleh karena itu, lanjutnya, harus ada pencegahan agar tak menambah angka kejadian filariasis. Apalagi, semua jenis nyamuk dapat menjadi vektor perantara. Sehingga, ia mengaku sulit memberantasnya, kecuali melakukan pengendalian vektor.
Sebab itulah, filariasis hingga saat ini belum mampu tereliminasi. Padahal, pemerintah menargetkan eliminasi penyakit kaki gajah di tahun 2020. Untuk melakukan pencegahan masal, pemerintah memberikan obat pencegahan filariasis di setiap kecamatan, terutama di wilayah endemis.
"Setiap tahun kami pantau beberapa wilayah endemis filariasis, demi keberhasilan eliminasi penyakit ini pada tahun 2020," ujar Subuh.
Siklus penularan kaki gajah adalah manusia digigit oleh nyamuk yang mengandung larva infektif. Darah yang dihisap nyamuk akan tertular virus dari cacing filaria yang ada di tubuh nyamuk.
Tidak ada jenis nyamuk khusus yang dapat menularkan penyakit kaki gajah. Karena itu, penyebabnya sulit dikendalikan dengan cepat. Gejala yang menunjukan kondisi sudah parah, yaitu kaki membengkak seperti gajah karena digigit nyamuk yang tertular filariasis.
Jika mengalami gejala tersebut, harus cepat konsultasi dengan dokter. Hal tersebut juga mencegah terjadi penularan filariasis di sekitar lingkungan.