Senin 09 Oct 2017 17:16 WIB

Mengapa Nyamuk Lebih Suka Darah Manusia?

Rep: Novita Intan/ Red: Yudha Manggala P Putra
Nyamuk menghisap darah. Ilustrasi
Foto: Reuters
Nyamuk menghisap darah. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bila yang jantan hanya menghisap nektar bunga, nyamuk betina membutuhkan darah untuk mematangkan telurnya. Ia pun lebih menyukai darah manusia ketimbang hewan. Apa alasannya?

Dr Leonard Nainggolan mengatakan nyamuk betina lebih menyukai darah manusia karena termasuk jenis antropofilik (spesies yang berkembang melalui transmisi secara kontak langsung dengan host manusia). Nyamuk ini membutuhkan protein dalam darah manusia untuk mematangkan telurnya.

"Nyamuk ini membutuhkan protein dari darah manusia supaya ukuran dari nyamuk yang dia lahirkan lebih besar. Nyamuk juga lebih menyukai aroma tubuh manusia ketimbang hewan," ujarnya di Jakarta, Senin (9/10).

Ia juga menambahkan, nyamuk mampu beradaptasi dengan lingkungan dimana telur nyamuk mampu untuk bertahan hidup tanpa air selama enam bulan. Kondisi ini menyebabkan semakin banyaknya populasi nyamuk karena mereka dapat berkembang biak dalam bermacam kondisi.

"Kalau suhu lingkungan makin tinggi, nyamuk makin doyan kawin. Siklus hidupnya jadi lebih pendek dari 7 hari ke 5 hari. Akibat suhu tinggi, telur yang menetas akan menghasilkan nyamuk lebih kecil," ujar dia.

Untuk mewaspadai gigitan nyamuk, dr Leonard mengimbau agar masyarakat mengenakan pakaian lengan panjang dan celana panjang. Selain itu, ia juga mengingatkan masyarakat untuk mencegah genangan air karena disukai nyamuk sebagai tempat perkembangbiakkan telur.

"Dia berterlur di air jernih yang tergenang. Di mana 1 cc air yang tergenang sudah bisa jadi media berkembang biak telur. Tapi masalahnya kan memang orang Asia lebih suka mandi pakai gayung dimana ada air yang tergenang. Itu bisa meningkatkan risiko perkembangbiakkan nyamuk."

Data 2016 yang dihimpun WHO menyebutkan bahwa penyakit yang ditularkan melalui nyamuk mencapai 17 persen dari semua penyakit menular serta menyebabkan lebih dari 1 juta kematian per tahun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement