REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Metode asuhan paliatif merupakan salah satu bentuk asuhan multidisiplin yang berfokus pada peningkatan kualitas hidup pasien yang menderita penyakit mematikan, seperti kanker atau HIV/AIDS. Dokter Spesialis Onkologi Anak dari RS Kanker Dharmais, dr Edi Setiawan Tehuteru mengatakan asuhan paliatif ini penting untuk meringankan beban pasien penyakit berat.
Paling tidak, menurutnya, pasien ini bisa menikmati kualitas hidup yang terbaik meski menjelang hari-hari terakhir kehidupannya. Lalu apakah asuhan paliatif ini hanya bisa dilakukan dirumah sakit dengan tenaga medis atau bisa dilakukan dirumah?
Dokter Edi mengatakan pelatihan pengasuhan paliatif tidak hanya bisa dilakukan di rumah sakit dengan tenaga medis, tapi juga di rumah bersama keluarga dari pasien sendiri.
Menurutnya, perawatan paliatif berbeda dengan perawatan pasien di rumah sakit. Di rumah sakit butuh fokus pasien. Paliatif bukan lagi hanya untuk menyebuhkan, tapi bagaimana anak ini punya kualitas hidup. "Tidak selamanya asuhan paliatif peran tenaga medis. Semua punya peran. Multidisplin, berbeda dengan mutlidisiplin rumah sakit, paliatif multidisiplin lintas profesi," tambahnya.
Rumah tempat terbaik
Menurutnya, rumah sakit bukan tempat seseorang untuk menghadapi fase akhir dari hidup mereka. Kalau di rumah, anak bisa bertemu semua keluarganya. Anak senang berada di tengah orang yang sangat dia sayangi. Rumah adalah tempat terbaik untuk seseorang yang menderita penyakit berat.
Ia mengaku yang sebenarnya dipikirkan orang yang sedang berada dalam fase terakhir kehidupannya hanya ada dua hal, yakni Tuhan dan keluarga. "Dimana kita bisa mendapatkan kedua hal itu diakhir kehidupan? Bukan di rumah sakit yang jelas pasti dirumah," kata dia.
"Bayangkan di rumah sakit masuk ICU, itu bukan tempat yang tepat. Di rumah dia bisa bertemu seluruh keluarga, berada di tengah-tengah orang yang sangat disayangi," ujarnya.