REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap ibu tentu ingin memberi yang terbaik bagi anak, salah satunya ingin memberi ASI sebagai sumber makanan dengan nutrisi lengkap, seimbang, dan cocok untuk bayi. Bahkan, ketika ibu tidak dapat menyusui buah hatinya karena berbagai alasan, banyak di antara mereka yang memilih untuk mencari donor ASI.
Bagi ibu yang diberi karunia ASI berlimpah, tidak jarang mereka tergerak untuk mencari donor ASI. Namun, sebelum mendonorkan ASI sebaiknya ibu mengetahui cara-cara secara tepat untuk menjadi pendonor.
"Si pendonor harus melewati proses skrining, donor harus jujur menjawab data riwayat kesehatan secara detail, lalu mengisi form ke pusat layanan primer untuk konfirmasi kebenaran data," ujar Ketua Satgas ASI, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr Elizabeth Yohmi SpA, IBCLC, di Jakarta.
Apabila si pendonor ditolak oleh pusat layanan primer maka ada beberapa alasan, seperti terdapat transfusi darah atau produk darah lainnya dalam 12 bulan terakhir dan melakukan transplantasi organ atau jaringan dalam 12 bulan terakhir.
Kemudian, dalam skiring si pendonor akan diperiksa apakah mengonsumsi rutin minuman keras, konsumsi secara rutin obat sistemik dan penggunaan dosis besar vitamin serta obat herbal.
Selanjutnya, tahap skrining juga melarang pendonor menggunakan obat terlarang dan konsumsi rokok. Hal penting lainnya soal riwayat kesehatan seperti hepatitis, gangguan sistemik atau infeksi kronik dan mempunyai pasangan seksual 12 bulan terakhir yang beresiko mengidap HIV, HTLV atau hepatitis.
"Seksual juga termasuk orang dengan hemofilia atau penggunaan obat intravena atau PSK," ungkapnya.
Skrining tahap kedua, pemeriksaan serologi (tes darah) untuk mengetahui HIV, HTLV, Hepatitis dan Sifilis. Sebab, dalam pemeriksaan untuk menghindari terdapat virus baru yang potensial menyebabkan masalah terhadap bayi yang diberi ASI.
Adapun ada beberapa syarat bayi penerima donor ASI, apabila si bayi mengalami Prematuritas, bayi adopsi, terkena infeksi usus yang berat, bayi yang gagal tumbuh, defisiensi imunoglobulin, ada kelainan usus, seperti Short Bowel Syndrome, Intoleransi formula atau susu sapi dan gangguan metabolisme.