Kamis 02 Nov 2017 04:39 WIB

Memilih Font untuk Kenyamanan Mata Anak

Rep: Adysha Citra R/ Red: Indira Rezkisari
 Sejumlah anak-anak membaca buku di Perpustakaan Masyarakat Jakarta (PERMATA) di RTH Kalijodo, Jakarta, Rabu (7/6).
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah anak-anak membaca buku di Perpustakaan Masyarakat Jakarta (PERMATA) di RTH Kalijodo, Jakarta, Rabu (7/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Membaca merupakan kegiatan positif yang dapat memperluas wawasan. Namun, penggunaan font yang tidak tepat dapat membuat mata menjadi lebih cepat lelah.

"Huruf yang nggak terlalu banyak keriting-keritingnya itu lebih bagus," terang spesialis mata sekaligus humas dari Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) dr Gitalisa Andayani SpM(K) dalam kampanye 'Eye Comfort' bersama Philips Lighting, di Jakarta.

Gitalisa mengatakan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pernah melakukan penelitian untuk mengetahui jenis font yang mudah untuk dibaca oleh anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis font yang sederhana seperti Times New Roman dan Arial cukup baik untuk digunakan dalam buku bacaan atau pelajaran anak.

Ukuran font yang digunakan pun sebaiknya cukup besar agar lebih mudah terbaca. Gitalisa mengatakan ukuran font yang terlalu kecil memiliki dampam yang kurang baik bagi mata.

"Ukuran font-nya (yang ideal) seperti Times New Roman ukuran 12," lanjut Gitalisa.

Penelitian berbeda yang dilakukan di Jepang juga menekankan pentingnya penggunaan font yang tampak sederhana. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa huruf kanji yang tampak rumit atau karakter yang terlalu banyak dapat menyebabkan minus pada penderita rabun jauh (miopia) semakin besar.

Oleh karena itu, Gitalisa mengatakan negara Singapura melakukan simplifikasi terhadap penulisan karakter Mandarin ataupun kanji Jepang. Simplifikasi atau penyederhanaan tulisan ini bertujuan agar anak tidak mengalami kesulitan saat membaca.

Tampilan huruf yang sulit dibaca, lanjut Gitalisa, akan memicu terjadinya eye straining di mana mata akan terus-menerus dalam kondisi tegang. Jika berlangsung terus-menerus, eye straining dapat mendorong terjadinya rabun jauh pada anak.

"Pada dasarnya itu, dia menginduksi miopia karena dia straining terus. Ngotot terus matanya," jelas Gitalisa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement