REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Indonesia Achmad Syawqie Yazid menyebutkan inovasi produk tembakau alternatif dapat menjadi solusi efisien untuk mengatasi masalah adiksi rokok.
Ia menyebutkan, konsep pengurangan risiko atau bahaya (harm reduction) merupakan strategi ilmu kesehatan masyarakat yang bertujuan mengurangi konsekuensi negatif kesehatan dari sebuah produk atau perilaku. Ia mengakui mudah mengatasi adiksi masyarakat terhadap rokok, hanya perlu solusi strategis untuk menekan dampak buruknya.
"Salah satu cara paling efisien adalah dengan memperkenalkan produk tembakau alternatif yang memiliki risiko kesehatan lebih rendah melalui penelitian ilmiah dan pengembangan teknologi,” katanya saat 1st Asia Harm Reduction Forum 2017 seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (9/11).
Ia menjelaskan saat ini masih banyak penafsiran yang salah terkait produk tembakau alternatif seperti nikotin tempel, snus, rokok elektrik atau vape, dan produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar. Padahal, kata dia, produk-produk tersebut telah terbukti secara klinis dapat menjadi alternatif untuk menekan dampak buruk dari pembakaran akibat dari mengonsumsi rokok.
Pada 2016, YPKP Indonesia secara independen melakukan penelitian terhadap salah satu produk tembakau alternatif yaitu rokok elektrik. Hasilnya, kata dia, produk alternatif ini memiliki risiko kesehatan yang jauh lebih rendah dibanding rokok yang dikonsumsi dengan dibakar.
"Hal ini terjadi karena produk yang tidak dibakar dapat mengeliminasi tar, racun berbahaya yang dihasilkan dari pembakaran tembakau dan sebagian bersifat karsinogenik,” ujarnya.
Ketua Ministry of Vape Indonesia (MOVI) Dimas Jeremia mengatakan, tren konsumsi produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik atau vape di Asia terus naik. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya komunitas vape yang ada di Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, serta negara Asia lainnya.
Kini, kata dia, semakin banyak konsumen rokok yang sadar mengenai dampak buruk tar. Karenanya, minat masyarakat untuk beralih ke produk tembakau alternatif yang memiliki risiko jauh lebih rendah, kini meningkat.
"Ini adalah sinyal positif dari masyarakat yang ingin gaya hidupnya makin rendah risiko,” ujarnya.
Karenanya, kata dia, pemerintah harus benar-benar peka dalam menyediakan aturan yang mampu menjembatani kebutuhan konsumen terhadap pilihan produk tembakau yang lebih rendah risiko.