REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit flu yang disebabkan infeksi influenza seringkali disepelekan karena dianggap sama seperti batuk-pilek biasa (selesma). Padahal, flu yang tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan komplikasi merugikan hingga kematian.
"Influenza sering tertukar-tukar sama selesma," ujar Ketua Indonesia Influenza Foundation (IIF) Prof dr Cissy B Kartasasmita SpA(K) MSc PhD dalam diskusi kesehatan bersama IIF di Jakarta, Senin (13/11).
Meski terkesan sama, flu dan selesma memiliki gejala yang cukup berbeda. Selesma bisa disebabkan oleh infeksi dari beragam virus mulai dari rhinovirus, parainfluenza, adenovirus, hingga hMPV. Sedangkan flu hanya disebabkan oleh infeksi virus influenza.
"Yang di manusia, influenza tipe A dan tipe B," lanjut Cissy.
Dari segi gejala, selesma cenderung menimbulkan gejala klinis yang lebih ringan dibandingkan flu. Sanofi Pasteur mengungkapkan bahwa kasus selesma jarang menunjukkan gejala demam, sakit kepala ataupun sakit pada seluruh tubuh. Sebaliknya, flu seringkali disertai dengan gejala demam tinggi, sakit kepala dan rasa sakit pada seluruh tubuh yang tak jarang cukup parah.
Selesma juga tidak menimbulkan gejala lesu, sedangkan flu seringkali menimbulkan gejala lesu di awal serangan infeksi. Di sisi lain, keluhan hidung pengap dan sakit tenggorokan lebih sering terjadi pada selesma dibandingkan pada kasus flu.
Rasa sakit pada dada dan batuk bisa dialami oleh penderita selesma maupun flu. Akan tetapi, keluhan sakit pada dada dan batuk dalam kasus selesma cederung ringan-sedang. Namun, pada flu, gejala ini bisa berkembang menjadi lebih berat.
Komplikasi yang mungkin ditumbulkan oleh selesma adalah penumpukan sinus, infeksi telinga tengah dan asma. Sedagkan pada flu, risiko komplikasi yang mungkin terjadi adalah bronkitis, pneumonia, croup dan otitis media. Flu juga dapat memperburuk kondisi penyakit kronis seperti diabetes hingga kardiovaksular.
"Kalau demam di atas 38 derajat, batuk pilek hebat dan berkepanjangan, biasanya bukan selesma tapi influenza," kata Wakil Ketua IIF Prof Dr dr Samsuridjal Djauzi SpPD KAI.
Selesma bisa ditangani dengan menggunakan obat antihistamin, dekongestan maupun OAINS. Sedangkan terapi pengobatan flu menggunakan obat antivirus. Namun, obat antivirus di Indonesia tidak dijual di pasaran sehingga masyarakat lebih sering menggunakan obat pasaran untuk mengatasi flu secara simptomatik.
"Dengan obat OTC (pasaran) itu gejalanya hilang. Tapi mungkin nanti penyakitnya (infeksi influenza) terus jalan dari tenggorokan, turun ke pneumonia," terang Cissy.
Oleh karena itu, cara terbaik untuk menghadapi infeksi virus influenza adalah dengan melakukan vaksinasi. Vaksinasi influenza sebaiknya dilakukan setiap tahun karena virus influenza terus bermutasi.
"(Vaksin influenza) bisa diberikan kapan saja, selama satu tahun secara teratur. Misal tahun ini bulan Juni, tahun depan juga bulan Juni," ungkap Cissy.
Vaksin influenza terbaru yang ada di Indonesia hadir dalam bentuk vaksin quadrivalent. Vaksin quadrivalent ini berfungsi untuk melindungi tubuh dari empat strain virus influenza yaitu dua strain virus influenza tipe A (H1N1, H3N2) dan dua strain virus influenza tipe B (Yamagata, Victoria).
Penggunaan vaksin influenza aman dan hanya memiliki risiko efek samping yang ringan. Beberapa risiko efek samping ringan yang mungkin terjadi adalah bengkak atau sakit di tempat suntikan. Demam juga mungkin terjadi setelah vaksinasi, akan tetapi persentase terjadinya demam sangat kecil.