REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini vaginal seeding atau penyemaian vagina sedang tren di kalangan ibu hamil. Kelompok ahli kebidanan dan ginekolog terkemuka di AS telah memperingatkan ibu hamil tentang metode ini.
Tren baru ini muncul karena melihat ibu yang melahirkan sesar tidak bisa memberikan bakteri bermanfaat yang ada dalam vagina sang bunda. Bakteri ini dikatakan dapat membantu melindungi mereka dari alergi, asma, dan penyakit lainnya.
Dokter mengatakan bahwa penyemaian vagina sedang meningkat, namun mereka tidak merekomendasikan prosedurnya. "Karena kurangnya data yang memadai, risiko yang sebenarnya (dari pembenihan vagina) lebih besar daripada manfaat potensial," kata Dr. Christopher Zahn, wakil presiden kegiatan praktik untuk American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), dalam sebuah pernyataan seperti dilansir dari laman Independent.
"Dengan mengusap mulut bayi, hidung atau kulit dengan cairan vagina setelah lahir, sang ibu berpotensi, dan tanpa sadar, menyebarkan bakteri penyebab penyakit atau virus," jelasnya.
Jika seorang ibu memiliki IMS dia tidak tahu tentang risiko itu bisa diteruskan ke bayi. Obgyn dari Rumah Sakit Bukit Lenox di New York City, Dr Jennifer Wu, sepakat bahwa ada "risiko yang sangat nyata" yang terkait dengan persemaian vagina.
"Virus tertentu, seperti kelompok B strep dan herpes, dapat menyebabkan penyakit serius seperti meningitis pada bayi baru lahir," katanya.
Herpes dapat menjadi tidak bergejala pada orang dewasa namun berpotensi fatal pada bayi jika menyebar ke organ tubuh mereka.
Sebagai gantinya, para dokter menganjurkan cara yang lebih sederhana untuk memberi bayi baru lahir bakteri sehat yang dia butuhkan yaitu menyusui. "Menyusui selama enam bulan pertama adalah cara terbaik untuk mengatasi kekurangan paparan flora vagina ibu saat lahir," kata Zahn.
Bakteri yang ada dalam ASI dan pada putingnya cukup untuk kolonisasi alami atau penyemaian usus. Mungkin ada beberapa perbedaan awal pada bayi [mikroba] bayi berdasarkan cara persalinan, namun penelitian telah menunjukkan bahwa perbedaan tersebut hilang setelah sekitar enam bulan.
Menurut Dr Mitchell Kramer, kepala kebidanan dan ginekologi di Huntington Hospital di Huntington, New York, penelitian lebih lanjut tentang penyemaian vagina perlu dilakukan sebelum praktik tersebut dapat direkomendasikan.