REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) melaporkan jumlah kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) yang dilaporkan setiap tahun terus meningkat. Sekretaris KPAN Mohamad Subuh mengatakan, organisasi kesehatan dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (WHO) memperkirakan angka prevalensi kasus HIV di Indonesia sebanyak 660 ribu.
Namun, kasus HIV secara kumulatif sejak dilaporkan 1987 baru terungkap sekitar 220 ribu kasus HIV. Ia mengungkap lima tahun terakhir, penderita HIV/AIDS yaitu penderita HIV pada 2012 sebanyak 21.511 kasus HIV dan kasus AIDS sebanyak 10.862.
Kemudian kasus HIV pada 2013 sebanyak 29.037 dan kasus AIDS pada tahun yang sama sebanyak 11.741 kasus. Pada 2014, kata dia, jumlah kasus HIV sebanyak 32.711 dan kasus AIDS tahun yang sama sebanyak 7.963. Kemudian kasus HIV pada 2015 sebanyak 30.935 dan kasus AIDS pada 2015 sebanyak 7.185. Kasus HIV pada 2016 sebanyak 41.250 dan kasus AIDS pada tahun yang sama sebanyak 7.491. Kemudian hingga Juni 2017 ditemukan 23.204 kasus HIV dan 1.851 kasus AIDS.
Diantara ODHA ini, pada 2013 lalu ada 3.126 ibu hamil positif HIV. Kemudian pada 2014 sebanyak 2.593 positif HIV. Pada 2015 ibu hamil yang positif HIV sebanyak 3.548. Di 2016, ibu hamil yang positif HIV sebanyak 4.389 dan pada 2017 sebanyak 3.079 positif HIV.
"Jumlah kasus HIV dan AIDS yang dilaporkan setiap tahun terus meningkat. Hal ini seiring dengan semakin banyaknya layanan kesehatan yang dapat memberikan layanan terkait HIV/AIDS, seperti tes HIV dan pemberian obat anti retroviral (ARV)," katanya saat ditemui Republika di ruang kerjanya, di Jakarta, Rabu (22/11).
Pria yang juga Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes ini mengatakan, jumlah kasus HIV meningkat seiring pula dengan kebijakan dan strategi pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS nasional yaitu TOP yang terdiri dari temukan/tes HIV, obati, dan pertahankan pengobatan. Strategi TOP ini, kata dia, dilakukan untuk mencapai target global 90-90-90 yaitu 90 persen ODHA mengetahui status HIV nya, 90 persen ODHA mengetahui statusnya mendapatkan pengobatan, dan 90 persen ODHA yang mendapatkan pengobatan mengalami penekanan jumlah virus dalam darahnya (penekanan virus load).
Target global ini merupakan target yang harus dicapai dalam rangka menuju 3 zeroes (ending AIDS) di tahun 2030 yaitu zero new HIV infection, zero AIDS related death, dan zero discrimination.
Ia menambahkan dengan strategi ini diharapkan 'gunung es' kasus HIV dapat semakin muncul di permukaan. "Semakin banyak orang dengan HIV (ODHA) mengetahui status HIV maka dengan demikian dapat segera mendapatkan pengobatan," ujarnya.
Ia menambahkan Kemenkes telah menyediakan ARV gratis untuk ODHA. Jika meminum ARV seumur hidup dan disiplin membenahi gaya hidup maka virus ini akan terkontrol dan dia bisa bertahan dan berusia panjang seperti orang normal. Namun, kata dia, jika ARV tidak dikonsumsi dan perilakunya tidak terkontrol seperti melakukan seks bebas atau menggunakan narkoba dengan jarum suntik maka rentang HIV menjadi AIDS hanya antara 5 sampai 10 tahun. Bahkan, HIV menjadi AIDS bisa hanya setahun.