REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak Indonesia belum sepenuhnya terbebas dari masalah tumbuh kembang. Nutrisionis, Jansen Ongko, MSc, RD, mengungkapkan ads beberapa masalah gizi yang masih banyak terjadi di Indonesia.
Pertama kekurangan zat gizi makro yang menyebabkan marasmus (kurang protein) dan kwashiorkor (kurang energi) serta stunting (pendek). Kedua kekurangan zat gizi mikro, yang menyebabkan anemia, gangguan akibat kurang yodium (GAKY) dan kurang vitamin A (KVA).
"Ada beberapa hal yang disebut malnutrisi kekurangan zat gizi makro seperti protein karbohidrat dan lemak. Orang Indonesia yang penting kenyang makan nasi dengan mi. Yang penting karbohidrat terus lupa protein lemak. Kalau karbohidrat saja bisa sebabkan marasmus kekurangan protein," jelasnya dalam peluncuran minuman Minute Maid Nutriforce, beberapa waktu lalu.
Jansen menambahkan apabila tidak memiliki pemahaman tentang gizi yang baik anak akan alami hal-hal tersebut. Mereka juga bisa stunting yang menyebabkan pertumbuhannya terhambat.
"Karena itu harus ada wawasan gizi yang baik. Hal ini terjadi tidak hanya di desa tapi juga kota. Malnutrisi bukan kekurangan gizi tapi asupan gizi tidak sesuai. Obesitas misalnya yang kelebihan lemak atau karbohidrat," tambahnya.
Zat gizi ada tiga macam yaitu zat tenaga yang memberikan energi ke tubuh yang membuat energik dan bisa beraktivitas. Contohnya karbohidrat. Kedua adalah zat pembangun, utamanya protein. Tanpa zat pembangun cukup, anak-anak juga tidak bisa bertumbuh besar. Satu-satunya makanan sel tubuh adalah protein.
"Sementara alat transportasinya adalah sel darah merah. Karena itu tubuh membutuhkan zat besi untuk transportasi tersebut. Tidak hanya sekedar zat gizi makro saja tapi juga mikro," katanya.
Kekurangan zat besi menyebabkan anemia. Alat transportasi zat gizi kurang sebabkan kekurangan konsentrasi karena zat besi. Sehingga akhirnya mengakibatkan malnutrisi. "Tidak hanya sekedar kurang atau lebih asupan, tapi karena kekurangan zat gizi mikro."