REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masih banyak anak Indonesia alami anemia atau kekurangan zat besi. Data menunjukkan sebanyak 26,4 persen anak mengalami defisiensi besi pada usia 5 sampai 12 tahun.
"Anak sedang tumbuh, sedang aktif. Pastikan mereka tidak alami anemia. Anemia tidak hanya dialami perempuan karena ada siklus bulanan yang membuat lemas. Tapi anak juga dapat alami anemia. Jangan dikira ini hanya masalah perempuan saja, justru lebih bahaya pada anak-anak," ujar Nutrisionis, Jansen Ongko, MSc, RD, di sela-sela peluncuran minuman Minute Maid Nutriforce.
Masa pertumbuhan anak tidak bisa diulang kembali. Kalau tidak optimal, anak gampang sakit. Mudah capek. Bahkan organ tumbuh tidak baik.
Gejala pada fase lanjut yang nampak pada anak anemia adalah lemas, letih, lesu, kulit pucat, kuku pucat, sesak napas, penurunan berat badan, selera makan turun, imunitas turun, hingga perilaku makan yang tidak biasa (PICA). Namun pada fase awal, tidak ada gejala yang dapat dilihat. "Anak-anak ada malas keluar aktivitas fisik, main di luar bukan karena gadget. Bisa saja anemia sehingga malas aktivitas. Malas aktivitas dia bukan berarti malas. Bisa saja kekurangan zat besi. Kekurangan nutrisi. Itulah mengapa wawasan gizi harus ditingkatkan terus," ujar Jansen
Jansen menegaskan anemia tidak seperti penyakit atau virus sehingga sulit dideteksi. Sehingga penting berkonsultasi ke dokter atau ahli gizi.