REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang yang berpikir gangguan konsentrasi dan hiperaktif sebagai masalah yang dialami anak laki-laki. Namun hal tersebut tak sepenuhnya benar, para ahli sepakat bahwa anak perempuan juga mungkin sama denagn anak laki-laki yang memiliki ADHD. Hanya saja anak perempuan cenderung menampilkan gejala ADHD dengan cara berbeda dan mungkin kurang terlihat oleh kedua orang tua bahkan guru.
Berikut gejala ADHD yang dialami anak perempuan, dilansir dari Reader's Digest.
Tidak hiperaktif
Salah satu gejala klasik ADHD adalah tidak bisa duduk diam. Tapi dibandingkan dengan anak laki-laki, anak perempuan cenderung tidak mengalami masalah dengan hiperaktif, menurut pakar Understood.org Mark Griffin, PhD. Mereka tidak terlalu gelisah atau menggerakkan tubuh mereka sepanjang waktu.
Kurang impulsif
Pakar Understood.org, Mark Griffin, PhD juga mengungapkan anak perempuan lebih kecil kemungkinannya seperti anak laki untuk berjuang melawan kontrol impuls. Anak perempuan cenderung tidak mendapat masalah karena melakukan hal-hal impulsif, seperti menyambar dan mengambil sesuatu tanpa bertanya.
Kurang mengganggu di sekolah
Karena anak perempuan dengan ADHD cenderung tidak hiperaktif dan impulsif, umumnya mereka dianggap kurang mengganggu di sekolah. "Anda bisa mengatakan bahwa anak laki-laki dengan ADHD sering lebih menonjol di antara orang banyak daripada teman wanita mereka," kata Griffin. Ini mungkin salah satu alasan mengapa ADHD pada anak perempuan tidak mudah terdiagnosis.
Lebih mudah terganggu
Ketidakmampuan untuk fokus adalah salah satu gejala kunci ADHD. Anak laki-laki dan perempuan bisa berjuang untuk mendapatkan perhatian. Tapi dibandingkan dengan anak laki-laki, kata Griffin, anak perempuan lebih cenderung tampak seperti sedang melamun, menarik diri, atau terganggu saat mereka berada di kelas.
Lebih berjuang melawan rasa malu dan harga diri
Orangtua berperan membangun harga diri pada anak-anak mereka. Anak perempuan dengan ADHD sering mengalami perasaan malu karena ketidakmampuan mereka untuk fokus atau memperhatikan. Mereka juga lebih cenderung menyalahkan diri sendiri atas kesulitan mereka, yang dapat sangat berdampak pada harga diri mereka.
Kemungkinan merasa terisolasi
Baik anak laki-laki dan perempuan dengan ADHD harus berjuang lebih dalam hal menjalin pertemanan. Namun, dibandingkan dengan anak laki-laki, mungkin ada tekanan sosial pada anak perempuan untuk lebih dapat mengambil perhatian teman dan menangkap isyarat sosial. Bila gagal, itu bisa menyebabkan masalah sosial. Anak laki-laki dengan ADHD juga menghadapi tekanan sosial, namun perbedaan ekspektasi atau harapan dari keduanya yang membuat masalah ini menjadi makin sulit.
Sangat emosional dan hipersensitif
Kebanyakan anak-anak dengan ADHD berjuang mengontrol emosi. Emosi kuat dan ADHD tidak dapat dipisahkan. Namun, anak perempuan mungkin tampil lebih hipersensitif atau terlalu emosional daripada anak laki-laki.
Pembicara tanpa henti
Anak perempuan dengan ADHD lebih cenderung cerewet dan melewatkan isyarat sosial yang memungkinkan teman dan keluarga untuk bercakap, kata Griffin. Mereka mungkin akan mengganggu percakapan lebih banyak, dan mungkin mereka sulit mengetahui kapan waktu berbicara yang tepat.
Lebih mudah mengalami depresi dan kecemasan
Dibandingkan dengan anak laki-laki, anak perempuan dengan ADHD harus lebih berjuang dalam mengatasi depresi dan kegelisahan, terutama saat mencapai usia pubertas. Anak perempuan akan berusaha untuk perfeksionis dengan menjadi hyperfocused. Hal ini sering menimbulkan stres.