Sabtu 09 Dec 2017 10:04 WIB

WHO: Jumlah Penderita Demensia Berlipat

Demensia. Ilustrasi
Foto: The Telegraph
Demensia. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa saat penduduk global bertambah usia, jumlah orang yang hidup dengan demensia diperkirakan berlipat tiga sampai 2050, sehingga merusak pembangunan sosial dan ekonomi.

Dementia, adalah istilah umum buat beberapa penyakit yang kebanyakan berkembang, mempengaruhi ingatan, kemampuan kognitif lain dan prilaku serta sangat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-harinya.

Di antara penyakit tersebut, Alzheimer adalah jenis dementia yang paling umum dan berjumlah 60 sampai 70 persen kasus. Jenis lain yang umum ialah dementia vaskular dan bentuk campurang. Badan kesehatan PBB itu memperkirakan seluruh penduduk yang terpengaruh oleh dementia dapat berlipat tiga dari 50 juta jadi 152 juta sampai 2050

Mengingat biaya global tahunan saat ini untuk menangani dementia sudah diperkirakan berjumlah 818 miliar dolar AS, setara dengan lebihdari satu persen GDP global, diperkirakan sampai 2030, bianya mencapai lebih dari dua kali lipat jadi dua triliun dolar AS. Jumlah tersebut sangat merusak pembangunan sosial dan ekonomi dan mengalahkan layanan sosial serta kesehatan, termasuk sistem perawatan jangka-panjang.

"Hampir sepuluh juta orang terserang dementia setiap tahun, enam juta di antara mereka di negara yang berpenghasilan rendah dan menengah," kaa Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

"Penderitaan yang diakibatkan sangat besar. Ini adalah seruan peringatan: kita harus memberi perhatian lebih besar pada tantangan yang berkembang ini dan memastikan semua orang yang hidup dengan dementia, di mana mereka tinggal, mendapatkan perawatan yang mereka perlukan," ia menambahkan.

WHO, yang menghadapi tantangan itu, pada Kamis (7/12) meluncurkan Global Dementia Observatory untuk melacak kemajuan dalam penyediaan layanan buat orang yang terserang dementia dan buat mereka yang merawat orang-orang tersebut.

Selain keterangan mengenai sistem pengawasan dan data beban penyakit, sarana itu juga akan memantau keberadaan rencana dan kebijakan nasional, langkah pengurangan resiko dan prasarana bagi penyediaan perawatan dan pengobatan.

"Ini adalah sistem pemantauan global pertama buat dementia yang meliputi jajaran data yang sangat menyeluruh," kata Tarun Dua dari Departemen Penyalahgunaan Zat dan Kesehatan Mental di WHO.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement