REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Bulan ini, Eliminate Dengue Project (EDP) Yogyakarta menarik 8.000 ember berisi telur nyamuk aedes aegypti yang mengandung wolbachia dari beberapa wilayah di Kota Yogyakarta yang sudah dititipkan sejak Maret lalu. Seluruh ember itu disebar di hampir separuh wilayah Kota Yogyakarta.
Peneliti Utama EDP Yogyakarta, Adi Utarini mengatakan, di akhir tahun ini, semua ember sengaja ditarik karena nyamuk tersebut dinilai sudah dapat berkembang biak secara alami di wilayah penitipan. “Penarikan ini dilakukan karena persentase populasi nyamuk ber-wolbachia sudah mencapai 80 persen,” ujarnya, Selasa (19/12).
Ia menambahkan, meski sudah dilakukan penarikan, namun perkembangbiakan populasi nyamuk wolbachia di lokasi yang sudah disebar akan terus dipantau. Termasuk memantau jumlah kasus demam berdarah apabila ada warga yang terjangkit.
“Selanjutnya kita tunggu pengaruhnya, apakah nyamuk ini mampu menekan angka penderita demam berdarah. Hasil akhirnya bisa kita lihat nanti di 2019,” kata dia.
Menurutnya, sejak November tahun ini EDP Yogyakarta mulai melakukan studi applying wolbachia to eliminate dengue (AWED). Hal itu bertujuan untuk untuk mengetahui dampak penyebaran naymuk Aedes aegypti ber-wolbachia terhadap penurunan kejadian demam berdarah di Yogyakarta.
Uji coba AWED pertama kali dilakukan di Puskesmas Umbulharjo I pada November lalu. Ia menyebutkan, di beberapa wilayah Kota Yogyakarta telah menunjukkan populasi nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia berkembang dengan baik.
Seperti di Tegalrejo, Kricak, Terban, Klitren, nyamuk juga berkembang dengan baik di wilayah tengah seperti di Baciro dan Muja-muju. Pelepasan wolbachia di daerah tersebut menuai keberhasilan.
"Saat ini, presentasi nyamuk ber-wolbachia cukup tinggi. Di empat kelurahan kita hentikan pelepasan nyamuk ber-wolbachia karena keberadaannya telah mencapai 60 persen," kata dia.