REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manusia hanya bisa bertahan hidup sekitar tiga menit tanpa udara, tiga hari tanpa air dan sekitar 21 hari tanpa makanan. Hal lain yang juga esensial agar manusia bisa bertahan hidup, yakni tidur.
“Tidur adalah salah satu hal terpenting yang sering diabaikan karena kebanyakan dari manusia tidak menganggapnya penting. Padahal, manusia hanya bisa bertahan tidur sekitar 11 hari tanpa tidur,” tulis pakar ilmuwan otak Jeff Stibel di USAtoday, dilansir pada Selasa (26/12).
Sekitar 75 persen massa otak adalah air dalam bentuk darah. Otak menerima energi dari darah. Saat darah sedang memompa, otak akan gemuk.
Saat tidur, berbagai bagian otak mati, dan konsumsi energi yang berkurang mengurangi pembengkakan di neuron. Retakan darah otak, menciptakan ruang kosong yang besar. “Inilah yang terjadi selanjutnya di otak yang membuat tidur sangat vital bagi kelangsungan hidup,” kata Stibel.
Tubuh memanfaatkan sesuatu yang disebut sistem limfatik untuk mengusir racun. Darah dipenuhi dengan racun yang mengerikan. Namun, tubuh mengambil yang baik, dan sistem limfatik mengeluarkan yang buruk. Sistem limfatik bekerja di seluruh tubuh dengan satu pengecualian otak.
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan yakin otak adalah pendaur ulang limbah yang luar biasa. Daripada membuang limbah melalui sistem limfatik seperti bagian tubuh lainnya, diperkirakan secara misterius menggunakan kembali produk sampingan.
“Tanpa tidur, racun menumpuk dan membunuh kita setelah sekitar 200 jam. Dalam kasus tidur yang terbatas, toksin ini membunuh kita dari waktu ke waktu,” kata Stibel.
Kurang tidur juga dikaitkan dengan Alzheimer, Parkinson, dan penyakit degeneratif jangka panjang lainnya. Penyakit lain yang cepat datang pun bisa terjadi, seperti kelelahan kronis, kebingungan, pengambilan keputusan yang buruk, mudah tersinggung, sakit kepala, kenaikan berat badan, depresi, dan penyakit jantung.