REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap orang membutuhkan waktu jam tidur yang cukup dalam sehari. Sebab, otak menggunakan waktu tidur untuk menyortir pengalaman yang ada, dengan membersihkan, dan menyingkirkan koneksi informasi yang tidak dibutuhkan sejak hari berlalu.
Tanpa tidur yang nyenyak, seseorang mungkin tidak menyediakan cukup ruang untuk belajar dan mengingat. Selain itu, cukup tidur juga memastikan seseorang aman berkendara di jalan, dan kecil kemungkinannya untuk membuat kesalahan di tempat kerja, dan rumah.
Dilansir dari laman Science Alert Sabtu (30/12), Terbangun lebih lama dari 17 jam dapat mengganggu kemampuan untuk berpikir jernih sama seperti memiliki konsentrasi alkohol dalam darah di atas 0,05. Setelah 24 jam terjaga, kemampuan Anda untuk melakukan tugas kognitif sama buruknya seperti jika Anda memiliki konsentrasi alkohol dalam darah 0,10.
Berdasarkan 'Australian sleep survey' tahun lalu menemukan, 29 persen pekerja Australia melaporkan kesalahan dalam pekerjaan dalam tiga bulan sebelumnya secara khusus, karena mereka belum cukup tidur. Satu dari lima responden melaporkan telah mengangguk saat mengemudi.
Cukup tidur juga bisa membantu dalam mengelola asupan makanan. Apabila orang hanya diperbolehkan tidur untuk jangka waktu pendek, mereka cenderung memilih makanan ringan, terutama camilan manis.
Respon tubuh terhadap perubahan makanan saat tidur dibatasi. Sedikitnya satu pekan tidur yang terbatas dikaitkan dengan kadar glukosa (gula) mendekati tingkat pra-diabetes.
Adapun American Sleep Foundation merekomendasikan orang dewasa yang berusia antara 18 dan 64 mendapatkan antara tujuh sampai sembilan jam tidur semalam. Sementara orang dewasa yang lebih tua harus menempuh tujuh sampai delapan jam.
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement