REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjaga pola makan tak selamanya dengan menghitung jumlah kalori yang masuk dalam tubuh. Cara baru untuk menurunkan berat badan kini sudah tidak lagi melibatkan angka nol atau persamaan matematika.
Tidak ada lagi makan hidangan yang hambar tanpa rasa untuk setiap makanan. Yang harus Anda lakukan adalah mengatur siklus puasa dan makan yang disebut puasa intermiten.
Sebuah studi baru di jurnal Cell Research, menunjukkan bahwa 16 minggu puasa berselang tidak hanya membantu melawan obesitas, tapi juga gangguan metabolisme lain seperti penyakit jantung dan diabetes. Para periset mengekspos kelompok tikus yang puasa berselang selama 16 minggu dengan makan dua hari setelah satu hari tanpa makanan, sementara kelompok kontrol tikus memakan makanan dengan volume yang sama setiap hari.
Setelah empat bulan, tikus yang terpapar puasa berselang akan kehilangan berat badan lebih banyak dibanding mereka yang mengkonsumsi kalori dalam jumlah yang sama setiap hari. Studi ini juga menunjukkan tikus yang berpuasa memiliki peningkatan kadar lemak dan kadar insulin dan glukosa yang lebih stabil.
"Puasa terputus-putus atau berselang tanpa pengurangan asupan kalori bisa menjadi pendekatan pencegahan dan terapi terhadap obesitas dan gangguan metabolisme," salah satu penulis studi, Kyoung-Han Kim, PhD, seperti dilansir dari Reader's Digest.
Menurut para peneliti, ini karena puasa intermiten memicu reaksi kekebalan pada sel lemak. Sel darah putih, yang dikenal sebagai makrofag antiinflamasi, merangsang sel-sel lemak untuk membakar lemak yang ada. Para penulis menemukan bahwa perubahan pembakaran lemak dimulai setelah satu hari puasa.
Jika Anda tidak yakin tentang puasa setiap hari ketiga selama 16 minggu, para periset juga menemukan bahwa puasa intermiten yang dilakukan selama enam minggu memberikan manfaat yang serupa.