REPUBLIKA.CO.ID, LEEDS -- Perempuan yang sempat mengalami serangan jantung lebih rentan meninggal dunia akibat penyakit kardiovaskuler, ketimbang laki-laki. Kondisi ini lantaran adanya perbedaan metode perawatan antara laki-laki dan perempuan yang menderita penyakit jantung.
Hal ini seperti yang ditemukan dalam penelitian yang dilakukan Universitas Leeds, Inggris, dan Universitas Karolina, Swedia. Dalam studi tersebut, tim peneliti melakukan analisa data terhadap 180 ribu pasien yang pernah mengalami serangan jantung, dalam 10 tahun terakhir. Hasilnya, jumlah kematian tiga kali lebih besar terjadi pada perempuan, ketimbang laki-laki.
Menurut salah satu tim peneliti, Profesor Chris Gale, hal ini tidak terlepas dengan adanya persepsi yang salah tentang penyakit jantung. ''Kita harus bekerja keras untuk mengubah persepsi, serangan jantung hanya menyerang orang-orang tertentu. Selama ini, saat kita berpikir tentang pasien penyakit jantung, maka yang terbayang adalah pria paruh baya, obesitas, memiliki penyakit diabetes, dan merokok. Padahal, tidak selalu seperti itu. Serangan jantung juga menyerang spektrum yang lebih luas dari masyarakat, termasuk para perempuan,'' kata Gale, seperti dikutip dari laman resmi Universitas Leeds, Selasa (9/1).
Lebih lanjut, berdasarkan analisis di penelitian tersebut, hanya 34 persen kemungkinannya buat pasien perempuan yang mengalami serangan jantung karena ada penyumbatan di pembuluh darahnya mendapatkan perawatan yang sama dengan pasien laki-laki, seperti prosedur pemasangan bypass untuk bisa melancarkan aliran darah ke jantung. Selain itu, hanya 24 persen pasien perempuan yang mendapatkan statin, yang berfungsi untuk mencegah serangan jantung kedua, dan hanya 16 persen pasien perpmeuan yang diberikan aspirin, yang dapat membantu mencegah penggumpalan darah.
Penelitian itu menyebutkan, perbedaan perawatan pasien penyakit jantung berdasarkan jenis kelamin sebenarnya bisa membantu, khususnya kaum perempuan, untuk bisa terhindar dari kematian akibat penyakit tersebut. Berdasarkan data, ketika pasien perempuan menerima perawatan yang sama dengan pasien laki-laki, ternyata jumlah kematian pasien perempuan menurun hingga tiga kali lipat.
''Hasil penelitian ini menunjukan, ada cara yang mudah dan sederhana untuk bisa meningkatkan harapan hidup untuk para pasien perempuan, yang pernah mengalami serangan jantung. Kita harus bisa memastikan perawatan yang sama dan berdasarkan diagnosisi medis,'' tutur Gale, yang juga ahli kardiovaskuler dari Universitas Leeds tersebut.