REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Virus flu asal Australia mulai memasuki Inggris dan diklaim telah menjatuhkan banyak korban. Virus ini dinobatkan sebagai virus terburuk dalam 20 tahun terakhir yang menewaskan 85 orang. Diketahui pada pekan pertama kabar tersebarnya virus tersebut di Inggris dilaporkan sekitar 22 ribu warga Inggris melakukan pemeriksaan ke dokter umum dan 114 diantaranya memerlukan perawatan intensif.
Pakar Virologi Imperial Collage, London Profesor Wendy Barclay menjelaskan pengertian dari flu yang diungkapkan sebagai sekelompok virus yang menempel pada lapisan paru-paru. Gejala flu juga beraneka ragam, seperti demam tinggi, mual, muntah, diare dan peradangan yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Virus ini terbagi menjadi empat kategori yang digolongkan dari kapasitas mutasi dan infeksinya.
Menurut dia, virus yang diinisialkan dengan huruf H dan N mengacu pada 18 protein haemaglutinin yang menyebabkan penggumpalan sel darah merah, dan 11 protein neuraminidase yang mampu meningkatkan gerak partikel virus melalui lendir saluran pernafasan dan sel yang terinfeksi. Selain itu, protein ini juga mempengaruhi kemampuan virus untuk terus menempel pada lapisan paru-paru.
Jika dibandingkan dengan virus dalam H3N2 yang disebut sebagai flu Australia, Wendy mengatakan bahwa virus tersebut memiliki beberapa kesamaan dengan flu Hong Kong H3N2 yang menewaskan sekitar satu juta orang di seluruh dunia. Public Health England (PHE), selain H3N2, jenis virus lain, H1N1pdm09 tipe A saat ini juga menyebabkan tingnnya tingkat infeksi yang terjadi di Inggris, dan memiliki kemiripan dengan flu H1N1 asal Swiss yang merupakan bentuk flu babi pertama yang dilaporkan pada 2009 lalu.
Menurut Wendy alasan mengapa H3N2 atau flu Australia perlu diteliti lebih lanjut adalah, karena virus influenza dapat berubah setiap tahunnya dan tentunya berbeda dengan virus beberapa tahun sebelumnya. Sedangkan dinamakannya H3N2 sebagai flu Australia karena serupanya ketegangan yang dirasakan warga Inggris dengan warga Australia yang juga mengalami flu ini selama dua dekade terakhir.
Menurut kepala bagian penyakit pernafasan PHE Dr Richard Pebody, influenza H2N2 dapat menyebabkan permasalahan yang lebih besar bagi pengidap dengan usia lanjut. Vaksin, kata dia memang tidak dapat sekaligus menyembuhkan dan menghilangkan virus tersebut dari tubuh, namun vaksin dapat menjadi perlindungan terbaik dari berkembangnya virus selama musim dingin, yang disebut sebagai puncak berkembangnya virus.
"Belum terlambat bagi pasien untuk menerima vaksinasi, dan kami akan mendorong pasien terutama mereka yang berada dalam kelompok berisiko, seperti lansia dan ibu hamil," kata Richard, dilansir dari Telegraph.