REPUBLIKA.CO.ID, Kemunculan tahi lalat yang tak wajar merupakan salah satu ciri dari kanker melanoma yang patut diwaspadai. Namun, tak semua tahi lalat yang nampak 'berbeda' merupakan bagian dari gejala kanker melanoma. Kondisi serupa juga bisa muncul pada penderita keratosis seberoik.
Keratosis seboroik merupakan kondisi pertumbuhan kulit yang tidak berbahaya, bukan faktor risiko kanker kulit maupun bagian dari kanker kulit. Seringkali keratosis seboroik muncul seiring dengan bertambah tuanya usia kulit.
Keratosis seboroik seringkali muncul dalam bentuk tak beraturan dan berwarna cokelat. Bulatan tak beraturan ini bisa muncul di bagian tubuh mana saja. Kemunculan bulatan-bulatan keratosis seboroik ini biasanya tidak bergejala. Namun, dalam kondisi tertentu keratosis seboroik dapat mengalami inflamasi atau iritasi sehingga menyebabkan rasa nyeri dan gatal. Bulatan keratosis seboroik yang terluka juga bisa menyebabkan infeksi.
Seperti halnya keratosis seboroik, kanker kulit melanoma juga memiliki gejala adanya pertumbuhan kutil atau tahi lalat. Berbeda dengan keratosis seboroik yang tak berbahaya, melanoma merupakan penyakit yang paling mematikan di antara jenis kanker kulit lain.
Pada sebagian orang, tahi lalat pada melanoma terlihat mirip dengan bulatan keratosis seboroik. Keduanya cukup sulit dibedakan oleh orang awam, namun dokter spesialis kulit bisa membedakan bulatan keratosis seboroik dan tahi lalat melanoma melalui pemeriksaan fisik. Dalam beberapa kasus, pembedaan bulatan keratosis seboroik dan tahi lalat melanoma memerlukan pemeriksaan lebih lanjut melalui biopsi dan pemeriksaan di bawah mikroskop.
Seperti dilansir Medical News Today, keratosis seboroik dan melanoma bisa muncul dalam beragam bentuk. Oleh karena itu, orang-orang yang mencurigai pertumbuhan kulit tak biasa sebaiknya tidak mencoba-coba diagnosis kondisi mereka sendiri maupun menganggap enteng pertumbuhan kulit yang dialami.
"Orang-orang perlu pergi ke dokter jika mendapati pertumbuhan kulit baru, khususnya jika pertumbuhan ini terus berubah seiring berjalannya waktu, atau memiliki riwayat kanker kulit pada keluarga," terang manajer aktivasi percobaan onkologi Christina Chun MPH.