Jumat 09 Feb 2018 10:35 WIB

Karies Gigi pada Balita Indonesia Masih Tinggi

Prevalensi karies gigi balita di Indonesia berada pada angka 90,05 persen.

Red: Yudha Manggala P Putra
Mayoritas anak Indonesia berusia di atas 10 tahun menderita gigi berlubang (karies gigi) dan peradangan gusi (gingivitis). (ilustrasi)
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Mayoritas anak Indonesia berusia di atas 10 tahun menderita gigi berlubang (karies gigi) dan peradangan gusi (gingivitis). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  BANDUNG -- Karies gigi pada balita masih menjadi permasalahan dental tertinggi di Indonesia. Guru Besar Bidang Ilmu Kesehatan Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Unpad Prof Dr Yetty Herdiyati Sumantadiredja mengatakan, angka prevalensi karies gigi pada anak balita di Indonesia berada pada 90,05 persen.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) PBB juga menyebut, Indonesia memiliki prevalensi Early Childhood Caries (ECC) tertinggi pada anak usia tiga hingga lima tahun. Prof Yetty dalam siaran pers Humas Unpas, di Bandung, Jumat (9/2), memaparkan ECC atau karies gigi pada balita disebabkan empat faktor utama, yaitu gigi yang rentan, plak, substrat, dan waktu.

Jika dikaitkan, penyebab karies ini didasarkan adanya hubungan yang tidak seimbang antara daya tahan gigi dan faktor kariogenik, yaitu gigi yang kuat akan lebih tahan terhadap serangan karies dibandingkan gigi yang rentan.

Ia menuturkan, ECC ini awalnya ditandai adanya gambaran titik putih (white spot) pada gigi insisif sulung rahang atas sepanjang margin gingiva atau bagian tepi gusi yang menyelimuti gigi. "Gambaran ini terlihat pada usia satu tahun yang diikuti kerusakan pada insisif lateral gigi," kata dia.