Rabu 14 Feb 2018 15:41 WIB

Setop Kecanduan Merokok dengan Vape?

Guru Besar Kesehatan UGM, Prof Yayi Suryo Prabandari memberikan pandangannya.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pekerja meneteskan cairan rokok elektronik (vape) di Bandung, Jawa Barat, Selasa (7/11).
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Pekerja meneteskan cairan rokok elektronik (vape) di Bandung, Jawa Barat, Selasa (7/11).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sebagian besar perokok yang beralih ke vape meyakini rokok elektrik yang mereka gunakan bisa menghilangkan kecanduan merokok. Namun, Guru Besar Kesehatan Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Yayi Suryo Prabandari menilai pendekatan itu kurang tepat.

Vape merupakan bentuk lain atau turunan rokok yang diekstrasi dari tembakau. Walau banyak yang mengklaim itu tidak mengandung nikotin, kajian ilmiah tetap menemukan zat-zat racun.

Prof Yayi membenarkan kalau zat-zat racun yang terkandung dalam vape lebih sedikit dari rokok. Namun, ia tetap merasa pendekatan menggunakan rokok elektronik untuk membantu berhenti merokok tidak tepat untuk dilakukan.

Memang di Australia, kata dia, ada metode serupa bernama nikotin replacement therapy. Implementasinya dilakukan dengan nikotin yang disuplai pelan-pelan, koyo yang ditempel, bisa dengan semprotan, dan bisa dengan lolipop yang tidak habis-habis.

"Karena memang mungkin analoginya penyalahgunaan obat itu dengan terapi tetap dikasih tapi pelan-pelan dikurangi, sesuai dengan porsi supaya dia tidak terasa berat, dan itu mungkin yang terjadi kepada perokok yang sekarang beralih ke vape," kata Yayi kepada Republika.co.id, Rabu (13/2).

Tapi, Yayi yang mengikuti konferensi di Inggris langsung mengungkapkan, para ahli memang terbelah jadi dua karena ada yang setuju sebagai jembatan, dan ada yang tidak menyarankan. Ia justru menyarankan, pengganti rokok sebenarnya cukup efektif dengan air putih.

 Walau terdengar sederhana, mengingat beberapa perokok yang ada di klinik berhenti merokok miliknya malah berhasil mengganti kecanduannya dengan air putih. Ternyata, rasa kecut yang dirasakan mulut perokok bisa hilang tanpa memerlukan cairan manis ataupun permen.

"Kita belum yakin karena penelitian jangka panjangnya (untuk vape) belum ada, ini baru, penelitiannya baru di tikus, itu efeknya yang tadi bahwa dia efeknya memang lebih kurang dari tembakau biasa," ujar Yayi.

Selain itu, ia menambahkan, yang mengerikan dari kebiasaan orang Indonesia yaitu begitu senang mencampur-campur kandungannya. Menurut Yayi, campuran-campuran yang tidak sesuai dengan apa yang disarakan vape itu sendiri akan berakibat vatal bagi penggunanya.

"Seperti alkohol, kalau dicampurnya sakarepe dewe, modar (semaunya saja, mati)," kata Yayi.

Seperti yang ditegaskan sebelumnya, penelitian kepada vape belum mencakup isi yang tepat dan efeknya ke tubuh manusia. Lain dengan penelitian rokok, vape baru diteliti menggunakan tikus dan hasil sistematik review menujukkan vape tidak efektif membantu berhenti merokok

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement