Jumat 23 Feb 2018 15:33 WIB

RS PKU Gamping Layani Terapi Sel Punca Pasien Diabetes

Layanan radiologi intervensi ini tindakannya minimal invasif.

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Yusuf Assidiq
Layanan radiologi intervensi RS PKU Gamping.
Foto: Neni Ridarineni.
Layanan radiologi intervensi RS PKU Gamping.

REPUBLIKA.CO.ID,  YOGYAKARTA -- RS PKU Muhammadiyah Gamping, Kabupaten Sleman, DIY, telah memiliki unit layanan radiologi intervensi. Cakupan pelayanan radiologi intervensi ini cukup luas, baik untuk menegakkan diagnosa maupun pengobatan beberapa jenis penyakit.

Seperti dikatakan Anggita Putri Kantilaras, dari Bagian Radiologi Intervensi RS PKU Muhammadiyah Gamping, radiologi intervensi yang sifatnya minimal invasif dengan aplikasi cathlab baru ada di beberapa rumah sakit di Yogyakarta. Di antaranya RSUP Dr Sardjito, RS Hardjolukito, dan RS Panti Rapih.

"Kadang, di rumah sakit lain yang sudah ada pelayanan radiologi intervensi dengan cathlab belum melakukan pelayanan seperti yang dilakukan di RS PKU Gamping," ujarnya, Kamis (22/2).

Misalnya, pemberian terapi stem cell (sel punca) pada pasien Diabetes Mellitus (DM) pada mata yang semua kabur menjadi tidak kabur penglihatannya. Sehingga pasien yang semula sangat tergantung pada insulin menjadi berkurang dosisnya.

Anggita menjelaskan radiologi intervensi ini tindakannya minimal invasif hanya sayatan kecil sekitar 0,5 centimeter di pergelangan tangan atau selangkangan kemudian dimasukkan selang.

Sedangkan untuk mendiagnosa penyakit misalnya untuk melihat penyempitan pembuluh darah di kaki untuk pasien DM, atau di kepala untuk pasien strok. "Kami juga bisa melakukan terapi brain washing untuk pasien strok," katanya.

Sementara itu, untuk pengobatan bisa juga untuk pasien kanker hati dengan TACE (Trans Arterial Chemotheraphy). Ini adalah prosedur pengeblokan pada pembuluh darah yang menyuplai makanan ke sel-sel kanker sehingga diharapkan sel kanker  tidak mendapatkan suplai makanan dan akhirnya mengecil, rusak, atau mati.

Kendati demikian, diakui layanan radiologi intervensi tersebut sampai saat ini belum maksimal. Pasalnya, layanan medis itu masih terkendala belum keluarnya izin untuk bisa melayani pasien BPJS.

"Pasien merupakan pasien umum sehingga biaya sendiri. Kalau tidak pakai BPJS biayanya mahal. Untuk stem cell saja biayanya sekitar Rp 40 juta dan itu belum biaya perawatan yang biasanya perlu tiga hari," jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement