REPUBLIKA.CO.ID, YORKSHIRE -- Sangat normal apabila seorang perempuan merasa cemas dengan kehamilan atau persalinan. Namun, lain cerita apabila ketakutan itu menjadi sangat berlebihan sampai membuatnya takut melahirkan.
Dalam dunia medis, kondisi demikian dikenal dengan istilah tokofobia atau tokophobia. Kondisi yang dialami oleh perempuan dari berbagai latar belakang itu berasal dari kata dalam bahasa Yunani, tocos, yang artinya kelahiran bayi.
Sejumlah penelitian memprediksi terdapat sekitar 22 persen perempuan di seluruh dunia yang mengidap tokofobia. Ada yang mengidapnya meski belum pernah mengandung dan melahirkan atau justru mengidapnya setelah proses persalinan yang traumatis.
Perempuan dengan tingkat tokofobia yang lebih ringan cenderung memilih persalinan dengan operasi caesar. Namun, pengidap tokofobia dalam tingkat akut bisa terserang sederet masalah kesehatan saat sedang hamil.
Kecemasan, insomnia, sulit tidur, gangguan makan, dan depresi diidentifikasi sebagai konsekuensi tokofobia. Sejumlah perempuan bahkan sama sekali menghindari kehamilan atau memiliki ikatan emosional lemah dengan bayinya kelak.
Kabar baiknya, hal ini bisa diatasi dengan komunikasi dengan pasangan, keluarga, atau berbagi kisah dengan perempuan lain yang pernah mengandung. Selalu ada dukungan bagi para perempuan yang membutuhkan perawatan khusus atau pendekatan konseling.
Mengunjungi bangsal bersalin atau banyak berbincang dengan bidan dan dokter kandungan selama hamil juga akan menghibur. Lembaga medis pun kerap menghadirkan layanan kesehatan mental perinatal untuk mendukung ibu dengan tokofobia, dikutip dari laman Independent.