REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak dengan pipi yang chubby dan gemuk memang terlihat menggemaskan. Tak sedikit orang tua yang juga merasa senang ketika anak mereka yang gemuk dianggap lucu oleh orang-orang di sekitar. Namun orang tua jarang menyadari bahwa ada risiko penyakit berbahaya di balik penampilan anak yang menggemaskan tersebut.
Kelebihan berat badan atau obesitas di masa kanak-kanak dapat dikaitkan dengan beragam risiko penyakit tidak menular ketika anak tersebut beranjak dewasa. Salah satu di antara penyakit tidak menular tersebut adalah kanker.
Banyak ahli sepakat bahwa ada 13 jenis kanker yang memiliki kaitan erat dengan obesitas. Penelitian terbaru juga menemukankan bahwa sembilan dari 13 jenis kanker tersebut cenderung meningkat pada kelompok usia yang lebih muda. Kesembilan jenis kanker ini meliputi, kanker payudara, kanker kolon dan rektum, kanker ginjal, kanker endometrium, kanker tiroid, kanker hati, kanker gastrik, meningioma dan kanker ovarium.
Peningkatan kasus kanker pada kelompok usia yang lebih muda dinilai berkaitan dengan kasus obesitas yang juga cenderung meningkat pada anak. Peneliti memperkirakan ada sekitar 140 ribu kasus kanker yang berkaitan dengan kanker per tahun.
"Ini merupakan masalah besar," jelas peneliti sekaligus direktur dari Case Western Reserve University Center for Science, Health and Society Dr Nathan Berger seperti dilansir WebMD.
Pendapat Berger beralasan karena kanker pada orang obesitas cenderung memiliki prognosis yang lebih buruk. Selain itu, obesitas juga turut mempercepat perkembangan kanker.
Di sisi lain, belum diketahui secara pasti bagaimana obesitas dapat meningkatkan risiko kanker. Namun ahli onkologi meyakini bahwa obesitas bukan satu-satunya faktor yang meningkatkan risiko kanker. "Ada faktor terkait, termasuk pola makan," ungkap ahli onkologi dari Boston, Dr Jennifer Ligibel.
Obesitas, kata Ligibel, dapat menebabkan inflamasi dengan tingkat yang lebih tinggi. Obesitas juga menyebabkan kadar insulin dan hormon pertumbuhan maupun hormon seks menjadi lebih tinggi.
Faktor epigenetik juga kemungkinan ikut terlibat dalam peningkatan risiko kanker terkait obesitas. Epogenetik merupakan perubahan yang terjadi pada aktivitas gen tanpa mengubah DNA. Perubahan seperti itu dapat terus berlangsung meski anak yang semula obesitas sudah menurunkan berat badan ketika dewasa. Hal itu mungkin sama seperti risiko kanker pada mantan perokok. Risiko kanker setelah berhenti merokok memang menurun drastis, namun risiko tersebut tidak benar-benar hilang.
Meski risiko kanker tidak benar-benar hilang, penurunan berat badan tetap penting untuk dilakukan. Menurunkan berat badan anak yang obesitas dapat menekan risiko kanker terkait obesitas sekaligus menurunkan risiko penyakit tidak menular lain.
"Memperkecil obesitas mempengaruhi risiko kanker, sekaligus risiko diabetes dan penyakit jantung. Menurunkan berat badan akan membantu," kata Berger.
Pendapat tersebut telah didukung oleh sebuah studi yang menganalisis sekitar 100 publikasi di dunia yang mencakup beragam data selama lebih dari empat dekade terakhir. Studi menunjukkan bahwa operasi penurunan berat badan pada orang obesitas memangkas risiko kanker hingga 50 persen.