REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Regulator di AS melarang penggunaan karakter kartun dalam iklan kemasan rokok sehingga rokok beraroma buah tak bisa dijual, tapi tidak pada rokok elektronik. Sebuah studi melihat strategi produsen rokok elektronik memasang gambar buah pada produk mereka berhasil menggugah perokok muda dan remaja mencoba rokok elektronik bahkan rokok biasa.
Survei dilakukan terhadap hampir 7.000 anak berusia 12-17 tahun yang belum pernah memakai produk tembakau pada 2013-2014. Remaja yang ingat atau suka melihat iklan rokok elektronik 1,6 kali lebih berpotensi mencoba rokok elektronik di tahun berikutnya, demikian dilansir Science News, pekan ini.
Penelitian tersebut dipublikasikan pada 26 Maret lalu di jurnal JAMA Pediatric. Iklan rokok elektronik sering menampilkan gambar para artis, tokoh kartun, atau permainan seperti skittle.
Riset terdahulu sendiri menunjukkan adanya kaitan antara iklan rokok tradisional dengan reseptivitas remaja yang tidak merokok untuk menjadi perokok. Sembilan dari 10 perokok mengaku mencoba rokok pertama mereka pada umur 18 tahun. Karena itu, iklan rokok tradisional untuk segmen remaja dilarang sejak 1998.
Baca juga: Remaja Sulit Makan Sayur? Rempah-Rempah Bisa Membantu
Pada 2016, lebih dari 2,1 juta pelajar SMP dan SMA di AS dilaporkan sudah menggunakan rokok elektronik. Di tahun yang sama, diprediksi sekitar 20,5 juta atau empat dari lima orang terpapar iklan rokok elektronik.
Namun, berdasarkan riset, yang produsen rokok elektronik lakukan lebih dari sekadar menghebohkan tren rokok elektronik. Iklan mereka juga menampilkan anak-anak muda yang merokok.
Para peneliti menemukan, dari 10.500 pemuda usia 12-21 tahun yang belum pernah merokok, 18 persennya mengaku ingat atau menyukai iklan rokok elektronik dan lima persennya mulai merokok di tahun berikutnya. ''Mereka mulai membakar dan mengisap batang rokok pertama mereka karena pengaruh iklan rokok elektronik,'' kata epidemilog perilakuUniversity of California, San Diego AS, John Pierce.
Sebuah penelitian sebelumnya juga menemukan bahwa remaja yang merokok elektronik akan lebih mudah juga mengisap rokok tradisional. ''Faktanya, iklan rokok elektronik mungkin meningkatkan risiko merokok juga meningkatkan kekhawatiran konsumsi rokok yang tidak terkendali di kalangan anak muda,'' ungkap psikolog dan epidemiologUniversity of Southern Californias Keck School of Medicine, Los Angeles ASAdam Leventhal dan Jessica L. Barrington-Trimis.
Leventhal menambahkan, pengetatan regulasi merupakan hal penting dalam kampanye kesehatan publik dan pembatasan penggunaan produk tembakau pada anak muda.