Jumat 13 Apr 2018 09:58 WIB

Penyuka Makanan Manis Miliki Lebih Sedikit Lemak Tubuh

Variasi genetik spesifik itu namun tidak berlaku umum.

Rep: Noer Qomariah K/ Red: Indira Rezkisari
Makanan manis penuh gula.
Foto: dok Republika
Makanan manis penuh gula.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Penelitian menemukan orang-orang yang menyukai makanan manis cenderung memiliki lemak tubuh lebih sedikit daripada yang lain. Orang-orang yang menyukai rasa manis lebih banyak mengonsumsi gula.

Ini semacam bertentangan dengan intuisi umum bahwa orang yang makan lebih banyak gula akan memiliki lebih sedikit lemak tubuh. "Tetapi penting untuk diingat kita hanya mempelajari variasi genetik spesifik ini dan mencoba mencari koneksi ke seluruh tubuh," kata Niels Grarup dari Universitas Copenhagen di Denmark, dikutip dari Indian Express, Jumat (13/4).

"Ini hanyalah sepotong kecil teka-teki yang menggambarkan hubungan antara diet dan asupan gula serta risiko obesitas dan diabetes," ujarnya lagi.

Namun efek yang terkait dengan variasi genetik tidak semuanya positif. Variasi genetik terhubung dengan tekanan darah yang sedikit meningkat dan lebih banyak lemak di sekitar pinggang daripada pinggul.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Cell Reports didasarkan pada informasi kesehatan lebih dari 450 ribu individu yang telah memungkinkan data mereka dicatat di Biobank Inggris. Data itu termasuk sampel darah, kuisioner tentang diet dan data genetik.

"Meskipun perbedaan dalam jumlah lemak tubuh atau tingkat tekanan darah hanya sedikit tergantung pada apakah orang tersebut memiliki variasi genetik atau tidak, kami sangat yakin bahwa hasilnya akurat. Sekitar 20 persen populasi Eropa memiliki predisposisi genetik ini," kata Grarup.

Pengetahuan baru tentang orang yang menyukai makanan manis ini penting kaitannya dengan pengembangan obat-obatan dan penelitian masa depan. Karena peneliti saat ini sedang mencoba menentukan apakah mungkin mengganti FG21 menggunakan obat-obatan untuk mengobati obesitas dan diabetes.

Karena hubungannya dengan gula, FGF21 merupakan target potensial dalam pengobatan misalnya obesitas dan diabetes. "Penelitian ini membantu kita untuk memahami mekanisme yang mendasari hormon dan memprediksi efek dan efek sampingnya," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement