Ahad 22 Apr 2018 08:02 WIB

Penyakit Kardiovaskular Dominasi Kasus Kematian di Indonesia

Mengenali faktor risiko bisa cegah terserang penyakit kardiovaskular.

Rep: Adysha Citra R/ Red: Indira Rezkisari
Rutin berolahraga dan menjaga makan efektif menjaga kesehatan kardiovaskular.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Rutin berolahraga dan menjaga makan efektif menjaga kesehatan kardiovaskular.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prevalensi kematian di Indonesia pada kelompok usia 30-70 tahun meningkat sebanyak 23 persen selama periode 2000-2012. Sebagian besar kasus kematian ini disebabkan oleh penyakit kardiovaskular.

"40 persen di antaranya disebabkan penyakit kardiovaskular," terang Ketua Scientific Committee ASMIHA 2018 dr Dafsah A Juzar SpJP(K) FIHA dalam konferensi Pers Annual Scientific Meeting of Indonesian Heart Association (ASMIHA) 2018 di Jakarta.

Di sisi lain, prevalensi penyakit kardiovaskular di Indonesia maupun dunia diperkirakan akan terus meningkat. Dafsah menilai ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecenderungan peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskular ini.

"Yang pertama, gaya hidup (yang tidak sehat)," lanjut Dafsah.

Faktor lain, ungkap Dafsah, semakin banyak pasien yang selamat setelah mengalami masalah jantung. Harapan hidup pasien yang lebih tinggi ini membuat insidensi kejadian penyakit kardiovaskular mau tidak mau akan ikut meningkat.

Salah satu upaya untuk mencegah dan mengurangi mortalitas serta morbiditas penyakit kardiovaskular adalah dengan mendeteksi dini penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular bisa terdeteksi dini jika masyarakat juga ikut berperan aktif dalam menjaga kesehatan kardiovaskular.

"Kami ingin mengajak masyarakat, para keluarga, untuk proaktif," jelas Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimputan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki) Dr dr Ismoyo Sunu SpJP(K) FIHA.

Upaya proaktif yang bisa dilakukan masyarakat adalah mengenali faktor risiko penyakit kardiovaskular yang mereka atau keluarga mereka miliki. Beberapa faktor risiko dari penyakit kardiovaskular adalah kebiasaan merokok atau minum alkohol, penyakit diabetes mellitus, tekanan darah tinggi serta kolesterol.

"Setiap keluarga, atau masing-masing orang harus tahu faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah ini," tukas Ismoyo.

Upaya proaktif masyarakat tak hanya berhenti pada mengenali faktor risiko penyakit kardiovaskular. Setelah mengenali dan mengidentifikasi faktor risiko yang dimiliki, masyarakat juga harus berupaya untuk mengendalikan atau menjauhi faktor risiko tersebut.

Sebagai contoh, seorang perokok bisa mengendalikan faktor risiko penyakit kardiovaskular yang ia miliki dengan cara berupaya berhenti merokok. Pada pasien diabetes mellitus, upaya pengendalian faktor risiko bisa dilakukan dengan memodifikasi gaya hidup dan pola makan serta rutin berobat.

"Ini faktor kunci yang murah dan efektif (untuk mencegah penyakit kardiovaskular)," papar Ismoyo.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement