REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian di Amerika Serikat (AS) mengatakan orang-orang yang berusaha memiliki pola makan yang lebih baik, mungkin memiliki lebih sedikit risiko penyakit liver karena lebih sedikit lemak di hati. Hal itu berbanding terbalik dengan mereka yang masih memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan tidak sehat.
Dilansir dari Reuters, para peneliti fokus mempelajari apa yang dikenal sebagai penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFDL). Penyakit ini biasanya dikaitkan dengan obesitas dan kebiasaan makan tertentu.
Meskipun perubahan pola makan disarankan untuk mengobati penyakit liver jenis ini, sebelumnya belum ada penelitianyang secara jelas menunjukkan apakah perubahan ini dapat benar benar berfungsi dalam pencegahan penyakit itu.
Salah seorang penulis studi itu, yang juga merupakan direktur Studi Jantung Framingham, Dr. Daniel Levy mengatakan, temuannya itu menunjukkan peningkatan kualitas diet dikaitkan dengan berkurangnya akumulasi lemak hati. "Dan mengurangi risiko untuk lemak hati baru, terutama pada individu dengan risiko genetik tinggi untuk NAFLD,” kata Levy.
Peneliti di National Institutes of Health di Bethesda, Maryland itu juga mengatakan , para peserta yang meningkatkan skor kualitas diet, mengkonsumsi lebih banyak buah, sayuran, dan biji-bijian, yang memiliki jumlah air dan serat yang tinggi.
"Kami berspekulasi bahwa makanan ini dapat mengurangi asupan energi dengan mempengaruhi kenyang dan meningkatkan kontrol berat badan dan oleh karena itu mengurangi lemak hati," kata Levy.
Dia juga menemukan, studi ini juga mungkin menunjukkan asupan serat dapat mempengaruhi bakteri usus dan kemudian berdampak pada lemak hati.
Diet yang dilakukan kepada peserta dalam studi juga membatasi asupan daging merah yang dapat menyebabkan lemak hati. "Hal itu mendorong konsumsi makanan seperti kacang, yang dapat membantu mengurangi penumpukan lemak hati," ujar Levy.