REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Terapis Wicara Indonesia (IKATWI) Waspada mengatakan sumber daya terapis kesehatan di Indonesia masih sangat kurang dan belum merata. Terapis khusus menangangi gangguan komunikasi ini masih banyak di Pulau Jawa dan rumah sakit-rumah sakit besar saja.
"Padahal pasien dengan gangguan komunikasi, bila tidak segera ditangani, gangguannya bisa menjadi permanen karena tidak ada intervensi dan rehabilitasi," kata Waspada dihubungi di Jakarta, Senin (30/4).
Waspada mengatakan baru ada 1.300 terapis wicara di Indonesia. Yang paling banyak berada di DKI Jakarta, yaitu 300 orang, Jawa Barat 280 orang, Jawa Tengah 225 orang, Jawa Timur 45 orang, dan Daerah Istimewa Yogyakarta 32 orang.
Untuk seluruh Sulawesi terapis wicara hanya ada 19 orang dan seluruh Kalimantan hanya ada 14 orang. Sementara itu, di seluruh Papua belum ada satu pun tenaga terapis wicara.
"Masih sangat terpusat di Jawa, itu pun hanya di rumah sakit-rumah sakit besar seperti Cipto Mangunkusumo Jakarta, Hasan Sadikin Bandung, Sardjito Yogyakarta, Kariadi Semarang, Mintohardjo Jakarta dan Soetomo Surabaya," tuturnya.
Waspada mengatakan terapis wicara merupakan tenaga kesehatan yang menangani gangguan komunikasi antara lain gangguan wicara, gangguan bahasa, gangguan suara, gangguan kelancaran irama dan gangguan menelan.
Untuk meningkatkan kapasitas tenaga terapis wicara dan kesadaran masyarakat terhadap arti penting terapi wicara,maka IKATWI mengadakan "Seminar dan Lokakarya Internasional tentang Gangguan Suara: Yang Harus Diketahui dan Dilakukan" di Jakarta pada Sabtu (28/4) hingga Ahad (29/4).
Seminar dan lokakarya itu menghadirkan sejumlah narasumber dari dalam negeri dan luar negeri dan diikuti 120 peserta dari seluruh Tanah Air.