Kamis 03 May 2018 14:31 WIB

Anosmia, Efek Samping Gurah yang Berbahaya

Efek pembersihan hidung dengan gurah bisa menghilangkan kemampuan membaui.

Rep: Adysha Citra R/ Red: Indira Rezkisari
Kehilangan kemampuan untuk mencium bau dapat memberi implikasi yang lebih luas dalam kehidupan.
Foto: AP
Kehilangan kemampuan untuk mencium bau dapat memberi implikasi yang lebih luas dalam kehidupan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain sebagai jalur pertahanan utama, hidung juga berfungsi sebagai organ penciuman. Kesalahan dalam menjaga kesehatan hidung dapat menyebabkan hidung kehilangan fungsinya sebagai organ penciuman.

Kondisi di mana hidung tak lagi mampu mencium bau dikenal sebagai anosmia. Kehilangan kemampuan untuk mencium bau dapat memberi implikasi yang lebih luas dalam kehidupan. Makanan akan terasa berbeda, aroma harum bunga tak lagi tercium dan penderita anosmia mungkin tidak sadar jika sedang dalam situasi berbahaya, seperti tidak bisa mendeteksi gas bocor maupun rasa susu basi yang masam.

"Saya cukup banyak mendapat pasien yang stres, stres karena tidak bisa mencium bau," terang spesialis telinga hidung tenggorokan dr S Hendradewi SpTHT(K) Msi Med dalam Kampanye #CuciHidungSetiapHari yang diselenggarakan oleh Hyphens Pharma Indonesia melalui brand Sterimar, di Jakarta.

Kondisi anosmia, lanjut Hendradewi, cukup banyak ditemukan pada orang-orang yang pernah menjalani gurah. Orang-orang yang melakukan gurah menganggap bahwa gurah dapat menjadi cara untuk mencegah penyakit. Padahal sejauh ini belum diketahui secara pasti cairan apa yang digunakan untuk gurah.

"Belum tentu kandungannya yang sesuai untuk dimasukkan ke dalam tubuh," lanjut Hendradewi.

Sejauh ini Hendradewi belum melakukan penelitian terhadap cairan gurah karena sulit untuk mendapatkan sampel. Namun melihat cukup banyaknya lendir yang keluar setelah gurah dan cukup banyaknya keluhan anosmia akibat gurah, Hendradewi menilai cairan yang digunakan untuk gurah sangat pekat.

"Kalau sangat pekat, sangat ditekan, kering akhirnya pembuluh darah ini. Akhirnya, anosmia," tutur Hendradewi.

Anosmia juga tak boleh disepelekan dan perlu dicegah. Alasannya, ketika anosmia sudah terjadi, akan sulit untuk menyembuhkan kelainan ini maupun mengembalikan kemampuan penciuman seperti semula.

Hendradewi mengatakan gurah berbeda dengan kegiatan cuci hidung yang disarankan kepada masyarakat untuk dilakukan setiap hari. Cuci hidung untuk keperluan sehari-hari menggunakan larutan garam isotonik yang sudah disesuaikan dengan komposisi cairan dalam tubuh.

Hendradewi menekankan bahwa tidak semua herbal baik maupun sebaliknya. Sebagian herbal ada yang sudah melalui penelitian ilmiah untuk mengetahui keamanan dan efektivitasnya dan sudah direkomendasikan oleh BPOM. Namun, sebagian herbal lain belum melalui tahap penelitian ilmiah sehingga seharusnya tidak bisa digunakan sebagai bagian dari pengobatan.

"Apa yang masuk ke medis sudah dilakukan penelitian lebih dulu, kalau sekiranya aman, itu yang diterapkan di manusia. Kami sendiri jujur belum bisa masuk ke obat gurah," ungkap Hendradewi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement