Jumat 25 May 2018 04:06 WIB

Suami Lebih Rentan Diabetes Bila Istrinya Gemuk

Istri merupakan pengontrol nutrisi di rumah sehingga mempengaruhi kesehatan keluarga.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Ilustrasi pasangan suami istri
Foto: EPA/STR
Ilustrasi pasangan suami istri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks massa tubuh atau Body Mass Index (BMI) pasangan dapat memprediksi risiko Anda terkena diabetes. Menurut studi baru yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Diabetologia, pria terutama lebih rentan untuk terkena penyakit metabolik kalau istrinya mengalami obesitas.

Pada skala global, 422 juta orang dewasa memiliki diabetes menurut World Health Organization (WHO) dan diperkirakan menyebabkan 1,5 juta kematian. Peneliti dari University of Copenhagen dan Aarhus University di Denmark memeriksa data dari 3.649 pria dan 3.478 wanita di Inggris.

"Kami telah menemukan Anda dapat memprediksi risiko seseorang terkena diabetes tipe 2 berdasarkan BMI pasangannya. Ini berarti Anda dapat mengetahui apakah seseorang memiliki risiko tinggi atau tidak atas dasar BMI mitra," kata peneliti Jannie Nielsen, dikutip dari Indian Express, Kamis (24/5).

Dari penelitian lain, para peneliti tahu pasangan sering serupa dalam hal berat badan. Alasannya antara lain karena orang sering kali menikahi dengan seseorang yang mirip dengan dirinya dan sering berbagi kebiasaan diet dan olahraga ketika tinggal bersama.

Oleh karena itu, para peneliti juga memeriksa apakah risiko tinggi mengembangkan diabetes tipe 2 pada wanita gemuk, misalnya, hanyalah hasil dari berat badannya sendiri. Di sini para peneliti menemukan perbedaan antara kedua jenis kelamin.

"Jika kami menyesuaikan dengan berat badan wanita itu sendiri, mereka tidak memiliki risiko tinggi terkena diabetes tipe 2 sebagai akibat dari BMI suami mereka. Namun, bahkan ketika kami menyesuaikan berat badan pada pria, mereka memiliki risiko tinggi," kata Nielsen.

Seorang pria, yang istrinya memiliki BMI 30, memiliki risiko 21 persen lebih tinggi terkena diabetes dibandingkan pria yang istrinya memiliki BMI 25, terlepas dari BMI pria itu sendiri. Para peneliti belum memeriksa mengapa hanya pria yang memiliki risiko tinggi setelah penyesuaian berat badan sendiri. Mereka memang punya teori, yang melibatkan orang yang bertanggung jawab atas rumah tangga.

"Kami percaya itu karena wanita umumnya memutuskan apa yang kita makan di rumah. Artinya, wanita memiliki pengaruh yang lebih besar pada kebiasaan diet pasangan mereka daripada pria," kata Nielsen, mengacu pada penelitian sebelumnya. Penelitian menunjukkan wanita lebih sering bertanggung jawab untuk melakukan kegiatan memasak dan belanja rumah tangga daripada pria .

Diabetes dapat menyebabkan komplikasi dan gejala serius seperti kerusakan pada jantung, ginjal dan mata. Menurut Asosiasi Diabetes Denmark, 35 persen pengidap mengalami komplikasi pada saat mereka didiagnosis menderita diabetes.

Semakin dini suatu penyakit terdeteksi, semakin tinggi potensi untuk pencegahan dan pengobatan yang sukses. "Kita tahu diabetes tipe 2 dapat dicegah atau ditunda, mengurangi jumlah tahun yang pasien harus hidup dengan penyakit ini. Sama seperti komplikasi yang terkait dapat ditunda melalui deteksi dini," kata Nielsen.

Jika diabetes tipe 2 terdeteksi pada tahap awal, maka perawatan medis dapat ditunda. Sebagai gantinya pasien dapat mulai dengan perubahan gaya hidup seperti makan makanan yang sehat dan melakukan lebih banyak latihan fisik.

Berdasarkan penelitian, Nielsen percaya deteksi dini diabetes tipe 2 dapat ditingkatkan dengan mengubah pendekatan terhadap penyakit. "Pendekatan kami terhadap diabetes tipe 2 seharusnya tidak berfokus pada individu, tetapi sebagai gantinya, misalnya, seluruh rumah tangga. Jika seorang wanita memiliki risiko tinggi, ada kemungkinan kuat bahwa itu dibagi oleh suaminya," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement