REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Efek depresi bisa melampaui emosi dan kesehatan mental seseorang. Depresi juga bisa memengaruhi kesehatan fisik.
Depresi merupakan kondisi kesehatan mental nan kompleks yang menyebabkan seseorang bisa merasa sedih atau putus asa terus menerus. Gejalanya bisa bersifat sementara. Namun, jika berlangsung lebih dari dua pekan, itu bisa menjadi tanda gangguan serius.
Gejala sama juga bisa menjadi tanda kondisi kesehatan mental lainnya, seperti bipolar atau gangguan stres pascatrauma (PTSD). Gejala depresi bisa beragam, menurut The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).
Suasana hati tertekan hampir setiap hari, termasuk rasa sedih dan hampa jadi sebagian gejala. Kehilangan kesenangan dalam kegiatan yang sebelumnya bisa amat dinikmati. Kurang tidur atau terlalu banyak tidur setiap hari merupakan gejala lain. Masih ada penurunan atau kenaikan berat badan tak diinginkan akibat perubahan selera makan.
Agitasi fisik atau merasa lamban. Kurang energi dan mudah lelah. Sering merasa bersalah dan tidak ada gunanya. Kesulitan berkonsentrasi dan susah membuat keputusan. Terakhir, pikiran intrusif dan sempat terpikir bunuh diri.
Depresi faktanya juga memengaruhi fisik tubuh penderitanya, dilansir dari Medical News Today, Kamis (12/7).
Berat badan turun
Orang yang depresi mengalami perubahan nafsu makan, sehingga berat badannya berkurang. Pakar medis juga menghubungkan kenaikan berat badan berlebih dengan masalah kesehatan lain, termasuk diabetes dan penyakit jantung. Terlalu kurus juga membahayakan jantung, memengaruhi kesuburan, dan menyebabkan kelelahan.
Sakit kronis
Orang depresi dapat mengalami sakit atau nyeri yang tak dapat dijelaskan, termasuk nyeri sendi atau otot, nyeri payudara, dan sakit kepala. Gejala ini akan memburuk dan menjadi penyakit kronis.
Penyakit jantung
Depresi bisa mengurangi motivasi seseorang untuk bergaya hidup sehat. Risiko penyakit jantung meningkat ketika pola makannya buruk dan gaya hidupnya tidak aktif. Satu dari lima orang yang gagal jantung atau terkena penyakit arteri koroner mengalami depresi.
Peradangan
Penelitian menunjukkan stres dan depresi kronis terkait dengan peradangan dan dapat mengubah sistem kekebalan tubuh. Penelitian lain menunjukkan depresi bisa menyebabkan peradangan kronis. Orang depresi cenderung mengalami gangguan autoimun, seperti sindrom iritasi usus, diabetes tipe-2, dan arthritis.
Kesehatan seksual
Orang depresi lebih mungkin mengalami perubahan libido, kurang bergairan saat berhubungan, tidak mengalami orgasme, atau orgasme yang kurang menyenangkan.
Sulit tidur
Orang depresi biasanya insomnia. Kondisi ini membuat mereka merasa lelah, sehingga sulit mengatur kesehatan fisik dan mental. Dokter menghubungkan kurang tidur dengan sejumlah masalah esehatan, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, masalah berat badan, dan kanker.
Masalah gastrointestinal
Orang dengan depresi mengalami masalah perut dan pencernaan, seperti diare, muntah, mual, dan konstipasi. Ini mungkin karena depresi mengubah respons otak terhadap stres dengan menekan aktivitas di hipotalamus, kelenjar pituitari, dan kelanjar adrenal.