REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Metode pemeriksaan CTC tengah dikembangkan ilmuwan dari Taiwan, salah satunya Prof Robert T Y. Hsu MD, PhD yang juga merupakan Associate Professor dari China Medical College, Taichung, Taiwan. Di dalam seminar tersebut Hsu menjelaskan, ia dan para peneliti di Taiwan mengembangkan sebuah tes untuk deteksi dini yang lebih sensitif dalam mengurangi penyakit kanker.
"Penelitian ini sudah dilakukan selama beberapa dekade terakhir, hasilnya menunjukkan biomarker berbasis CTC bisa mengetahui berbagai jenis kanker," kata Hsu, beberapa waktu lalu di Jakarta.
Metode pemeriksaan CTC memungkinkan dokter mengikuti perkembangan status tumor beserta karakteristiknya dengan lebih rinci. Dengan demikian dokter lebih mudah memperoleh informasi tentang perkembangan tumor secara real time. Hal tersebut membuat para dokter bisa menentukan jenis terapi dan mengambil keputusan lebih cepat.
Tidak hanya dengan metode pemeriksaan CTC, Hsu juga mengembangkan adoptive cell transfer yang dapat mencegah berkembangnya sel kanker. Ia sudah menerapkan metode tersebut kepada pasiennya selama kurang lebih 12 tahun. Imunoterapi jenis adoptive cell transfer merupakan metode sel imun yang berasal dari diri pasien sendiri, kemudian diproses dengan menambahkan sitokin.
Proses tersebut dikerjakan di sebuah laboratorium berstandar Good Tissue Practice (GTP) untuk diaktifkan dan diperluas. Kemudian hasil dari proses tersebut disuntikkan ke dalam tubuh pasien. Sel imun yang telah diproses dinamakan Cytokine-induced killer (CIK). Saat ini sudah banyak penelitian dasar dan studi klinis yang menunjukkan keamanan dan kemanjuran imunoterapi sel CIK. Bahkan bisa diterapkan pada pasien dengan stadium lanjut.
Hsu menambahkan, imunoterapi adoptive cell transfer CIK telah menjadi pengobatan efektif bagi pasien dengan berbagai jenis kanker. Bahkan untuk mereka yang telah resiten terhadap kemoterapi dan radiasi juga bisa diterapkan. Imunoterapi CIK menawarkan kemungkinan untuk remisi kanker jangka panjang. Terapinya bisa 'melatih' sistem kekebalan agar mengingat sel-sel kanker.
Terapi transfer CIK juga mengurangi efek samping rambut rontok atau mual dan muntah yang umun terjadi usai kemoterapi dan radiasi. Hasil uji klinik CIK menunjukkan bahwa pasien bisa mendapatkan peningkatan kelangsungan hidup, hingga bebas perkembangan penyakit. Pengobatannya juga memperbaiko fungsi imun dan menekan risiko penyakit akan kambuh.