Sabtu 14 Jul 2018 07:32 WIB

Hindari Tabir Surya Semprot, Ini Alasannya

Pakar sarankan memilih tabir surya yang mengandung SPF plus antioksidan.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Tabir surya
Foto: pixabay
Tabir surya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar dermatologi mengingatkan cermat memilih produk tabir surya demi kesehatan kulit. Dokter bedah kulit terkemuka asal New York, Dr Patricia Wexler, cenderung menyarankan untuk menghindari tabir surya semprot alias spray.

Meskipun terkesan praktis dan cepat bekerja, Wexler berpendapat bahwa produk semprot tidak memberikan dampak konsisten dalam perlindungan kulit. Alhasil, kulit lebih rentan terhadap luka bakar dan mengalami kerusakan akibat sinar ultraviolet.

Perempuan yang juga bertugas di Wexler Dermatology itu mengungkap, kebanyakan orang tidak mendapat perlindungan SPF yang cukup. Bentuk tabir surya yang digunakan, konsistensi, serta ketebalannya adalah sederet hal yang perlu dipertimbangkan.

"SPF harus mencakup spektrum luas UVA dan UVB, tahan air dan tidak hilang saat berkeringat, serta perlu diaplikasikan kembali setiap dua jam di bawah sinar matahari," kata Wexler.

Dia menyarankan memilih tabir surya yang mengandung SPF plus antioksidan karena lebih stabil dan efektif. Sebelum pemakaian, disarankan juga tidak melakukan perawatan kulit seperti laser hair removal yang bisa memicu kulit melepuh.

Berkonsultasilah dengan dokter untuk mengecek apakah obat yang dikonsumsi membuat kulit lebih sensitif, seperti doxycycline, laksatif, diuretik, atau kemoterapi. Tindakan pencegahan mudah saat kulit terasa terbakar adalah mencari keteduhan secara teratur.  

Pilihan mode juga bisa membantu melindungi dari terik matahari selain tabir surya. Beberapa di antaranya adalah mengenakan pakaian dari bahan kain pelindung ultraviolet, kacamata terpolarisasi yang melindungi makula dan retina, dan topi berpinggiran lebar.

"Sinar UVA menerpa kita 365 hari dalam setahun, baik saat hujan ataupun cuaca cerah. Oleh karena itu, tabir surya dan SPF diperlukan 365 hari setahun," ujar Wexler, dikutip dari laman Daily Mail.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement