Ahad 15 Jul 2018 07:30 WIB

Peneliti: Ibu Hamil Masa Kini Lebih Rentan Depresi

Peningkatan angkatan kerja perempuan memberikan tekanan kepada perempuan muda

Rep: Farah Nabila/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ilustrasi Ibu Hamil
Foto: pixabay
Ilustrasi Ibu Hamil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah penelitian menunjukkan, calon ibu masa kini lebih mudah mengalami depresi, dari pada generasi ibu mereka saat hamil. Peningkatan potensi depresi itu disebabkan adanya kemungkinan stress di dunia yang lebih modern saat ini.

Penulis utama studi tersebut yang juga merupakan seorang dosen epidemiologi psikiatri di Universitas Bristol di Inggris, Rebecca Pearson menyebut, data mereka menunjukkan adanya gejala yang mendorong peningkatan skor total adalah terkait dengan perasaan kewalahan dan stress. Selain itu juga terdapat perasaan kecemasan dan perasaan ‘jatuh’ hingga tidak termotivasi.

"Ini mendukung teori bahwa itu berpotensi sebagai konsekuensi dari dunia modern yang serba cepat,” ungkap Pearson, dilansir di Reuters, Ahad (14/7).

Sementara menurut Kepala psikiatri di Rumah Sakit  pusat Magee-Womens dari University of Pittsburgh, Dr Priya Gopalan, mengatakan depresi pascamelahirkan adalah masalah yang umum terjadi dalam dekade terakhir. Hal itu dikarenakan adanya perubahan paradigma untuk mengenali gejala yang biasanya muncul sebelum bayi lahir.

“Apa yang kami sebut depresi pascamelahirkan sebenarnya dimulai pada trimester ketiga. Pergeseran paradigma telah menyingkirkan semua mitos yang telah diabadikan tentang kehamilan menjadi saat bahagia bagi semua ibu,” kata Gopalan, yang tidak terlibat dengan penelitian itu.

Dalam penelitian tim Pearson yang dipublikasikan di JAMA Network Open, para peneliti melibatkan sebanyak 2.390 perempuan yang memiliki bayi di awal 1990-an. Mereka juga meneliti 180 perempuan dari generasi berikutnya yang merupakan anak perempuan dari kelompok asli, atau merupakan mitra putra dari kelompok asli. Usia rata-rata di kedua kelompok perempuan adalah sekitar 22 atau 23 tahun.

Di antara generasi yang lebih tua, sebanyak 408 perempuan, atau 17 persen, memiliki skor tinggi pada tes skrining depresi. Sementara pada kelompok perempuan generasi saat ini, ditemukan sebanyak 45 perempuan, atau sebanyak 25 persen, yang memilliki skor tinggi pada skrining depresi.

Perempuan masa kini yang menjadi depresi selama kehamilan, memiliki risiko sangat tinggi mengembangkan depresi pranatal itu sendiri. Bahkan, mereka tiga kali lebih mungkin untuk mengembangkan depresi prenatal sebagai perempuan dengan ibu yang tidak menjadi depresi pada saat kehamilan.

Faktor-faktor yang dikhawatirkan Pearson dalam mendorong tingkat depresi yang lebih tinggi pada generasi yang lebih muda adalah tekanan-tekanan dalam kehidupan modern. “Peningkatan angkatan kerja perempuan memberikan tekanan pada perempuan muda untuk keluarga dan karier,” kata dia.

Baca: Bayi Cegukan dalam Kandungan, Apakah Berbahaya?

Selain itu, dia melanjutkan, faktor media sosial dan internet, juga dapat meningkatkan perbandingan sosial dan informasi yang berlebihan. “Tekanan keuangan, terutama harga rumah dan kebutuhan untuk pendapatan bersama untuk kehidupan di Inggris, dan dukungan keluarga dan masyarakat yang lebih sedikit dan tekanan yang meningkat pada hubungan mitra intim,” lanjut Pearson.

Baca: Pilih Perawatan Kulit Tepat Selama Kehamilan

Sementara, Gopalan dan ahli lain sekarang merekomendasikan perempuan yang mengalami depresi selama kehamilan, untuk mendapatkan perawatan. Termasuk obat jika diperlukan, untuk melindungi kesehatan perempuan dan bayi mereka.

"Kami memiliki banyak studi yang telah keluar dalam tiga tahun terakhir membandingkan ibu yang depresi yang tidak mendapatkan perawatan kepada mereka yang depresi tetapi mendapatkan perawatan. Kami sekarang tahu bahwa ibu yang depresi yang minum obat memiliki bayi yang lebih baik dalam hal perkembangan. Ibu yang depresi  yang tanpa perawatan hanya tidak terikat dengan bayi mereka seperti ibu yang tidak depresi,” ungkap Gopalan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement