REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peraih penghargaan BPPT Innovation Award 2018 kategori perorangan Ismail Hadisoebroto Dilogo mengatakan hasil risetnya dalam pengembangan teknologi sel punca merupakan 'angin segar' di bidang kedokteran. Sebab, sel punca memiliki kemampuan memperbaiki diri dan bisa berkembang menjadi sel yang dituju.
"Sebagai alternatif solusi," kata dokter Ismail di Gedung BPPT, Jakarta, Kamis (2/8).
Teknologi sel punca ini bisa digunakan untuk menyembuhkan sejumlah penyakit diantaranya diabetes melitus, penyakit tulang dan sendi, gangguan penglihatan glaukoma, luka bakar, gagal jantung, serangan jantung, lumpuh dan serebral palsy. Menurut dia, di Indonesia, pasien pengguna teknologi sel punca ada sekitar 250 orang.
Terapi Sel Punca Menjanjikan Atasi Defisiensi Imun
Belum ada data tingkat akurasi teknologi sel punca terhadap penyembuhan penyakit-penyakit tersebut. Kendati demikian, untuk pasien patah tulang, dokter Ismail mengklaim hasilnya sangat baik.
"Untuk patah tulang, 100 persen nyambung," katanya.
Sementara untuk kasus pengapuran sendi, keberhasilan tergantung tingkat keparahan penyakit. Untuk pengapuran sendi tahap awal, penyembuhan dengan teknologi sel punca, keberhasilannya 80-100 persen. Namun untuk pengapuran sendi kronis, tingkat keberhasilannya 30-40 persen.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismail ini telah memberikan kesembuhan bagi 153 pasien penyakit tulang dan sendi yang sebelumnya gagal dengan pengobatan konvensional. Sel punca sebagai bahan utama regenerasi sel bisa diperoleh dengan dua cara yakni autogenik (sel punca pasien) dan alogenik (sel punca pendonor yang berasal dari tali pusat bayi, jaringan lemak, sumsum tulang orang dewasa).
Teknologi sel punca ini sudah diterapkan di sejumlah rumah sakit ternama di Jakarta maupun kota besar lainnya diantaranya Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, RS Soetomo, RS Harapan Kita, RS Fatmawati, RS Dharmais dan RS Umum Pusat Persahabatan. Selain itu juga di RS Hasan Sadikin (Bandung), RS Umum Pusat Dr Sardjito (Yogyakarta) dan RS Umum Pusat Sanglah (Bali).